Sinar Tani, Pemahaman akan konsep kemandirian pangan untuk pemenuhan kebutuhan rakyat dan menjaga ketersediaan energi nasional menjadi semakin penting bagi Indonesia. Apalagi saat ini dunia tengah dilanda krisis pangan dan energi akibat pandemi, terjadinya perang antara Rusia-Ukrainia dan perubahan iklim global. Kedepan Indonesia makin perlu menyiapkan ketersediaan pangan dan energi dari rakyat sendiri dan bisa diakses
masyarakat
Untuk mencapai Kemandirian pangan dan energi bukan langkah yang mudah. Sejak lama pemerintahan bekerja keras dengan berbagai program meningkatkan produksi padi, jagung dan kedelai. Bersyukur dalam 3 tahun terakhir kita sudah swasembada beras. Tentu kemandirian pangan lebih mudah dicapai bila komoditas pangan lain bisa dihasilkan dari dalam negeri dan bisa diakses secara mudah
Persoalan besar negeri ini juga dengan tingginya angka impor energi berupa bahan bakar minyak (BBM). Nilai subsidi BBM bagi masyarakat semakin melambung dan memperberat anggaran dan belanja negara. Nilai impor yang cukup tinggi ini sudah dalam taraf mengkhawatirkan dan mengganggu neraca perdagangan Indonesia
Untuk mewujudkan kemandirian pangan dan energi, diperlukan berbagai kebijakan yang diimplementasikan secara sinergis. Negara beserta seluruh masyarakat harus mendorong untuk berdaulat pangan dan energi melalui sumberdaya yang dimiliki. Negara juga harus memastikan seluruh penduduk mendapatkan bahan pangan dan energi sesuai kemampuannya.
Isu Kemandirian Pangan
Beberapa tahun terakhir, pemerintah menekankan urgensi modernisasi, pemanfaatan ilmu pengetahun dan teknologi pada sektor
pertanian. Hal ini didasarkan argumentasi kemandirian dan kemerdekaan pangan hanya bisa diraih jika produktivitas dan efisiensi pertanian meningkat.
Modernisasi menjadi kunci peningkatan produksi dan efisiensi, tenaga, waktu, maupun biaya. Kemandirian pangan akan sulit diwujudkan jika produktivitas rendah dan petani tidak sejahtera. Negara hadir untuk menjamin peningkatan produksi, keuntungan usahatani dan kesejahteraan petani.
Mencegah alih fungsi lahan pertanian juga menjadi isu menjaga kemandirian pangan dengan cepatnya konversi lahan pertanian ke non pertanian. Setiap tahun sekitar 60.000 hektar sawah berubah menjadi lahan non pertanian. Pemerintah secara aktif mendorong pemanfaatkan lahan marginal dan terlantar yang jumlahnya mendekati angka 8 juta ha. Pemanfaatan lahan pekarangan dan lahan marjinal juga menjadi upaya yang perlu terus dilakukan mengingat ada 10 juta ha lahan pekarangan yang potensial menghasilkan pangan.
Upaya diversivikasi pangan dan program peningkatan produksi tanaman pangan lokal agar ketahanan pangan tidak terfokus satu komoditas pangan. Melalui gerakan pemanfaatan pangan lokal secara massal pemerintah terus mendorong ubi kayu, jagung, sagu, pisang, kentang menjadi pangan alternatif agar kemandirian pangan makin kuat.
Pemerintah juga akan secara aktif melakukan penguatan cadangan dan sistem logistik pangan. Dengan penguatan cadangan beras pemerintah pada semua level, dari tingkat provinsi hingga ke level desa. Hal yang tidak bisa dilupakan adalah pengembangan pertanian modern, termasuk pengembangan smart farming, green housefarming, dan screen house farming untuk meningkatkan produksi komoditas hortikultura di luar musim tanam.
Kemandirian Energi
Untuk mewujudkan pertanian sebagai sumber substitusi energi BBM, diperlukan inisiasi dan optimalisasi pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN) dari komoditas penghasil minyak nabati. Diperlukan juga integrasi pengolahan hasil samping dan diversifikasi produk biomass yang potensial meningkatkan nilai tambah dan ekonomi tanaman. Hal tersebut didukung dengan banyaknya penelitian dan pengembangan teknologi proses produksi BBN yang sederhana dan tepat guna, sehingga dapat dilakukan di pedesaan.
Pemerintah bersama masyarkat perlu mendorong tumbuhnya berbagai industri BBN berbasis petanian dengan komponen lokal tinggi. Dengan demikian, lapangan pekerjaan di pedesaan makin tersedia, daya beli masyarakat meningkat dan ketergantungan masyarakat akan BBM berkurang.
Sumber daya genetik tanaman potensial sangatlah penting dikembangkan sebagai alternatif memenuhi kebutuhan energi sebagai
bahan baku bioetanol, biodiesel dan bio-oil. Tentu dukungan semua pihak, baik pemerintah, swasta, lembaga penelitian, dan masyarakat
untuk keberhasilan program optimalisasi pemanfaatan BBN sangat dibutuhkan guna mewujudkan kemandirian energi dan kesejahteraan
masyarakat pedesaan di seluruh Indonesia.
Reporter : : Kuntoro Boga Andri – Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementan
Hewan Apa Saja yang Bisa Terinfeksi Cacar Monyet?
Singkong, Potensi yang Dipinggirkan
Penyuluh Pertanian dan UPSUS Darurat Pangan