Sinar Tani, Jakarta — Dalam mengaktualisasikan sejumlah ihwal yang koheren dalam aspek kualitas padi, pemerintah memiliki komitmen yang secara inheren bersifat sistemik sampai saat ini, sekaligus menambah komoditas produksi yang berkualitas. Sebab, sebagai salah satu aspek dalam ketahanan pangan, padi menjadi sumber yang substansial untuk masa depan atau peradaban suatu negara.
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian fokus dalam memperluas pertanian organik khususnya untuk tanaman pangan. Dengan demikian, untuk menarik perhatian dan memudahkan para petani (meringankan beban petani), pemerintah memberikan lima jenis subsidi pupuk yakni ZA, Urea, NPK, SP-36, dan pupuk organic Petroganik.
Di samping itu, agar selaras dalam konteks ini, Kementan juga menghimbau kepada para petani untuk dapat ikutserta dan bergabung dengan kelompok tani di wilayah masing-masing. Sebagian besar, khalayak publik sangat mudah menemukan kelompokkelompok ini, karena informasi mengenai ihwal ini sudah disampaikan sedari awal.
Hal ini juga sebagai salah satu ikhtiar untuk mendorong kemajuan dalam sektor ketahanan pangan domestik. Tak hanya itu, tentunya hal ini juga akan berimplikasi terhadap perkembangan para petani di satu sisi, dan peningkatan produksi sekaligus kualitas tanaman pangan juga meningkat di sisi yang lain. Akibatnya, secara fundamental, saling berkelindan satu sama lain,
Upaya pemerintah dalam mekanisme ini juga untuk mencapai target yang sudah ditetapkan. Pada dasarnya, perkembangan ini juga sudah dilakukan, seperti, keterlibatan para petani dalam kelompok petani sekaligus dapat memiliki kartu tani agar penyaluran pupuk bersubsidi tersebut tepat sasaran sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 47 Tahun 2017 tentang Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi.
Dalam kaitan ini, metode untuk penggunaan kartu tani juga sebagai medium untuk mendistribusikan pupuk sesuai prosedur, yang sudah barang tentu akan mencapai target yang sudah ditetapkan, sekaligus agar secara komprehensif teratur dan terarah. Dalam bahasa lain, hendak mengikis sejumlah hal yang masih menjadi problem.
Kemudian, salah satu cara pemerintah untuk mendongkrak hasil pertanian demi menjaga ketahanan pangan yaitu dengan memberikan subsidi pupuk dan khususnya menciptakan pupuk alami atau tidak mengandung bahan kimia.
Pemerintah terus berkreasi dalam memanfaatkan bahan-bahan alami yang nantinya dijadikan sebagai pupuk organik, yang mana pupuk organik sendiri memiliki fungsi sebagai bahan dasar yang membantu percepetan pertumbuhan tanaman, memperbaiki struktur tanah atau menjaga tanah tetap subur serta mencegah erosi juga menyelamatkan lingkungan dari pupuk yang bahannya mengandung kimia.
Sebagai salah satu ikhtiar, seperti yang sudah diulas di awal, pemerintah juga berupaya untuk mengurangi penggunakan bahan kimia, melalui Kementan memperkenalkan teknik Biosaka atau bio-technology (Biologi-Teknologi) yakni pupuk alami yang membuat tanah menjadi subur, lembab, biaya yang dikeluarkan juga lebih efisien.
Biosaka terbuat dari rerumputan (yang tidak tercampur kimia dan kondisi rumputnya sehat) lalu dicampur dengan air dan dihancurkan, setelah itu bisa langsung di aplikasikan di lahan untuk semua jenis tanaman termasuk padi.
Selain pupuk organik, tanaman pangan seperti padi juga harus dilindungi dari hama, serangga dan penyakit tanaman lainnya menggunakan pestisida nabati yang terbuat dari tanaman pula. Pembuatannya sangat mudah sehingga mudah untuk dipelajari dan dicoba oleh para petani di seluruh Indonesia.
Harapan pemerintah untuk para petani agar tidak selalu mengandalkan pupuk organik bersubisidi. Akan tetapi, juga diharapkan dapat terus berinovasi untuk memproduksi pupuk organik secara mandiri.
Untuk membuat pupuk organik baik yang berbentuk padat maupun pupuk organik cair, bahan-bahan yang digunakan juga organic atau dihasilkan dari alam seperti kotoran hewan (pupuk kandang), sisa bahan organic tumbuhan, hewan dan limbah (pupuk kompos/humus), tanaman (pupuk hijau).
Tanaman yang dijadikan pupuk organik yaitu sekam padi, jerami, sabut kelapa, pepaya hampir busuk, pisang, molase, air rebusan tempe, keong emas/siso, air cucian beras, daun gamal, buah maja, rebung, dan bonggol pisang.
Sementara itu, bahan-bahan tersebut mudah ditemui di lingkungan tempat para petani tinggal, sehingga para petani dapat menghemat ongkos pemeliharaan padi kemudian dapat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas dari lahan pertanian dan tentunya menghasilkan padi yang sehat, aman, berkualitas dan ramah lingkungan karena menggunakan pemupukan dengan kadar kandungan bahan organik yang tinggi.
Selain itu, pemerintah membuat program untuk pembangunan Desa Pertanian Organik dimulai dengan komoditas padi, karena produksi beras organik diyakini dapat membuat para petani sejahtera dapat dilihat dari harga beras organik jauh lebih tinggi dibanding harga beras biasanya.
Selain itu, beras organik ini aman dikonsumsi bagi penderita diabetes (penyakit yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah) karena empunyai kandungan karbohidrat dan protein yang mudah terurai dalam tubuh atau dapat kita sebut bahwa beras organik ini memiliki kadar gula yang lebih rendah.
Secara umum, keberhasilan dalam segmen penciptaan pupuk alami ini juga bisa terlaksana saat semua komponen saling kerja sama satu sama lainnya. Kemandirian dalam sektor ini juga turut memengaruhi suatu keberhasilan, terutama dalam menciptakan kemasan pupuk yang alami.
Artinya, keterlibatan para petani dan kelompok petani juga bisa membuat iklim yang baik terhadap sektor ketahanan pangan ini, terutama menghasilkan inovasi-inovasi yang genuine. Dalam hal ini, pemerintah melalui Kementan akan selalu memberikan dukungan terhadap upaya-upaya inovasi dan kreatif yang ditampilkan oleh para petani dan kelompok tani.
Oleh : RR. Zenaida S. Soemedi, SE, MM (Pranata Humas Ahli Pertama Kementerian Pertanian)
Janji-Janjimu Itu, Bah… Manis Sekali
Musim Hujan Tiba, Perhiptani Cabang IV Wilayah Pantar Siap Dampingi Petani
Perkuat Ekosistem Digital Pertanian Melalui Disrupsi Teknologi Pembiayaan Pertanian