Sinar Tani, Parepare — Lahan kering kerap dianggap sebagai hambatan besar dalam sektor pertanian. Kondisi curah hujan yang minim, tanah yang kurang subur, hingga struktur tanah yang keras sering kali membuat petani merasa tak berdaya untuk meningkatkan hasil panen.
Namun, apakah lahan kering benar-benar tanpa harapan? Penelitian terbaru menunjukkan bahwa inovasi berbasis bioamelioran dapat menjadi kunci untuk mengubah tantangan ini menjadi peluang besar, sekaligus mendukung ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan.
Bioamelioran, bahan organik yang digunakan untuk memperbaiki kualitas tanah, menjadi sorotan dalam upaya mengatasi permasalahan lahan kering.
Studi yang dilakukan di Sulawesi Selatan memberikan gambaran nyata akan potensi bahan ini. Dengan menggunakan kombinasi bioamelioran yang terdiri atas feses ayam, feses sapi, dan sekam bakar, hasilnya sangat mengesankan. Pada dosis 30 ton per hektar, kombinasi ini berhasil memberikan dampak signifikan:
- Peningkatan pH tanah: Dari kondisi asam (5,64) menjadi netral (6,43).
- Kandungan karbon tanah melonjak: Meningkat hingga 2,61%.
- Ketersediaan nutrisi penting naik drastis: Fosfor mencapai 178 ppm (dari 31 ppm), dan kalium melonjak ke 349 ppm (dari 158 ppm).
- Kelembapan tanah lebih baik: Meningkat hingga 35% dibandingkan tanah tanpa perlakuan.
- Tingkat kematian tanaman turun drastis: Mortalitas hanya 12%, jauh lebih rendah dibandingkan 88% pada kontrol.
Mengapa kombinasi bioamelioran ini begitu efektif?
Setiap komponennya memiliki peran penting:
- Feses ayam kaya akan nitrogen yang mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman.
- Feses sapi memberikan kontribusi fosfor dan kalium, esensial untuk pengisian biji.
- Sekam bakar memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan retensi air.
Ketika digabungkan, ketiganya menciptakan efek sinergis yang melampaui penggunaan bahan tunggal. Pendekatan ini tak hanya meningkatkan kesuburan tanah, tetapi juga memberikan manfaat lingkungan dengan memanfaatkan limbah organik lokal.
Dampak positifnya tak sebatas perbaikan tanah. Kombinasi bioamelioran ini mampu meningkatkan produktivitas kedelai hingga 2,8 ton per hektar, naik 133% dibandingkan kontrol yang hanya 1,2 ton per hektar. Indikator lainnya, seperti tinggi tanaman, berat basah tanaman, dan volume akar, juga menunjukkan peningkatan signifikan.
Penelitian Lebih Lanjut
Namun, seiring dengan hasil yang menjanjikan, muncul pertanyaan penting yang perlu dijawab melalui penelitian lanjutan:
- Berapa dosis ideal bioamelioran untuk berbagai jenis tanah agar manfaatnya optimal tanpa menimbulkan ketidakseimbangan nutrisi?
- Bagaimana kombinasi bahan bioamelioran dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik tanaman tertentu?
- Apa dampak jangka panjang penggunaan bioamelioran terhadap struktur tanah dan keberlanjutannya?
Aspek ekonomi juga perlu dieksplorasi. Apakah penggunaan bioamelioran dalam skala luas dapat memberikan efisiensi biaya yang signifikan? Bagaimana dampaknya terhadap kesejahteraan petani secara sosial dan ekonomi?
Penelitian ini, yang merupakan bagian dari program Hibah Penelitian Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTP Kemendikbud-Ristek) 2024, menjadi langkah awal yang penting.
Penulis menyampaikan terima kasih atas dukungan dana penelitian dengan nomor kontrak 111/E5/PG.02.00.PL/2024, 646/LL9/PK.00.PG/2024, dan 0295/II.3.AU/F/2024. Dukungan ini sangat berarti dalam menghasilkan inovasi yang relevan untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Dukungan dari berbagai pihak memungkinkan inovasi ini berkembang lebih jauh untuk memberikan solusi nyata bagi ketahanan pangan nasional.
Dalam pandangan saya, bioamelioran bukan hanya sekadar teknologi pertanian. Ini adalah wujud nyata bahwa solusi lokal berbasis inovasi dapat memberikan dampak besar. Dengan komitmen terhadap penelitian dan pendekatan yang tepat, lahan kering tak lagi menjadi batasan, melainkan peluang untuk menciptakan masa depan pertanian yang berkelanjutan.
Oleh : Suherman (Dosen Universitas Muhammadiyah Parepare)
Baca juga
Kelor, Hadapi Ancaman Indonesia Emas 2045
Janji-Janjimu Itu, Bah… Manis Sekali
Musim Hujan Tiba, Perhiptani Cabang IV Wilayah Pantar Siap Dampingi Petani