15 Oktober 2024

Sinar Tani

Media Pertanian Terkini

Mitigasi Risiko Keamanan Pangan Produk Bioteknologi Modern

Drh. Pudjiatmoko, Ph.D_Ditjen PKH

Sinar Tani, Jakarta — Kebutuhan konsumsi masyarakat semakin tinggi terhadap produk pangan yang bermutu, aman, dan berkelanjutan. Untuk mencukupinya, bioteknologi modern bermanfaat dalam memperbaiki dan memperluas pengelolaan sumber daya alam secara efisien. Namun, pemerintah dan Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (PRG) perlu mengawasi risiko keamanannya.

Rekayasa genetik dapat menghasilkan tanaman pangan, ternak unggul, serta produksi pangan yang diinginkan. Sehingga para petani dan peternak bisa mendapatkan bibit tanaman atau ternak yang resisten serangga, toleransi terhadap herbisida, atau pemuliaan ternak yang terkendali. Disisi lain produk bioteknologi ini juga menimbulkan kekhawatiran para konsumen, terutama terkait keamanan, sehingga perlu dibuat pengaturannya.

Mitigasi bahaya terkait pangan harus mengikuti Standar Codex yang melibatkan Indonesia dalam kegiatan pengembangannya sejak 1971. Standar tersebut diterapkan dalam menganalisis potensi dan manajemen risiko.

Standar Codex  menurut CODEX pada CAC/GL 44-2000 mengatur analisis risiko keamanan produk bioteknologi modern. Analisis risikonya mengikuti Codex Alimentarius Commission, mencakup identifikasi bahaya, masalah nutrisi, serta pengumpulan informasi sifat dan tingkat keparahannya.

Penilaian keamanan ini diterapkan dengan membandingkan pangan bioteknologi modern dengan yang konvensional, juga mengembangkan pendekatan manajemen risiko. Codex bahkan mengembangkan teks pelabelan untuk produk bioteknologi modern. Dalam pelaksanaannya, analisis risiko tersebut mengikuti keputusan umum Komisi Codex Alimentarius dan Prinsip Kerja Analisis Risiko Keamanan Pangan.

Analisis risiko ini telah lama digunakan untuk mengatasi bahaya kimiawi, mikrobiologis, dan faktor nutrisi pangan, termasuk pada produk bioteknologi modern. Namun, penerapannya perlu dimodifikasi pada pangan utuh dalam potensi bahayanya. Jika terdapat masalah bahaya nutrisi atau keamanan lainnya, maka diidentifikasi terkait keselamatan dan kesehatan manusia.

Untuk menjalankan standar tersebut, dibentuklah prinsip Bioteknologi Modern sebagai kerangka kerja analisis keamanan dan gizi pangan. Penerapan prinsip ini adalah pada teknik asam nukleat in vitro, termasuk DNA rekombinan dan injeksi asam nukleat ke dalam sel atau organel. Penerapan lainnya adalah pada fusi sel (peleburan dua sel) di luar keluarga taksonominya, yaitu untuk mengatasi hambatan reproduksi fisiologis alami atau rekombinan serta yang bukan teknik pemuliaan dan seleksi konvisional. Pada teknik konvensional, penetapan keamanan produk adalah berdasarkan kelaziman dan riwayat penggunaannya sebagai makanan oleh manusia.

Baca Juga :  NFA Apresiasi Penerapan Standar Keamanan dan Mutu Pangan OKKPD

Perhatikan dampak

Produk pangan konvensional dinilai keamanannya secara keseluruhan, termasuk komponennya yang sesuai. Penilaiannya meliputi memperhitungkan dampak yang disengaja atau tidak disengaja, mengidentifikasi bahaya baru dan perubahan kandungan nutrisi utama yang relevan dengan kesehatan manusia.

Untuk keamanan prapasar dinilai mengikuti pendekatan terstruktur dan terintegrasi dari tiap kasus berdasarkan metode dan teknik menurut tinjauan ilmiah para pakar.

Pangan bioteknologi modern pun harus melalui penilaian risiko berdasarkan pada pertimbangan data dan informasi multidisiplin berbasis ilmu pengetahuan dan persyaratan dalam pedoman yang ditentukan.

Sumber data ilmiah untuk penilaian risiko diperoleh dari berbagai sumber, seperti pengembang produk, literatur ilmiah, informasi teknis umum, ilmuwan independen, badan pengatur keamanan pangan, badan internasional, dan lain-lain. Datanya tentu harus berbasis sains yang sesuai.

Untuk produk biotekologi modern perlu tindakan manajemen risiko yang proposional berdasarkan hasil penilaian risiko dan menerapkan aturan resmi sesuai pedoman Codex. Pedoman ini antara lain dari Keputusan Umum Komisi Codex Alimentarius dan Prinsip Kerja Analisis Risiko Keamanan Pangan.

Manajemen risiko yang berbeda dapat saja mencapai tingkat perlindungan yang sama dengan pengelolaan risiko dampak keselamatan dan gizi pada kesehatan manusia.

Pimpinan manajemen risiko perlu mempertimbangkan berbagai ketidakpastian yang muncul dalam penilaian risiko untuk penerapan langkah yang tepat dalam mengelolanya. Langkah-langkah manajemen risiko dapat mencakup kondisi pelabelan pangan untuk pemasaran dan pemantauan pascapasar. Pemantauan pascapasar mungkin menjadi tindakan manajemen risiko yang tepat dalam keadaan tertentu. Namun, kebutuhan dan kegunaannya harus dipertimbangkan kepraktisannya berdasarkan tiap kasus.

Pemantauan pascapasar ditujukan untuk verifikasi potensi risiko, dampak kesehatan pada konsumen, dan pantauan perubahan tingkat asupan gizi. Alat khusus mungkin diperlukan untuk tindakan manajemen risiko, seperti metode analisis, bahan referensi, dan penelusuran produk apabila terjadi penarikan dari pasar di saat terdapat indikasi risiko pada kesehatan manusia.

Baca Juga :  Diagnosa Cepat Penyakit Mulut dan Kuku

Dalam hal itulah, peraturan yang transparan diperlukan dalam mengelola risiko pangan bioteknologi modern. Peraturan ini harus mencakup konsistensi persyaratan data, kerangka penilaian, tingkat risiko yang dapat diterima, mekanisme komunikasi dan konsultasi, serta proses pengambilan keputusan yang tepat waktu.

Komunikasi risiko

Komunikasi yang efektif penting di semua fase penilaian risiko dan manajemennya.  Proses interaktif ini melibatkan semua pihak terkait, termasuk pemerintah, industri, akademisi, media, dan konsumen. Dalam pelaksanaannya, komunikasi ini mencakup penilaian risiko dan proses pengambilan keputusan manajemen risiko yang transparan. Proses ini perlu pendokumentasian lengkap di semua tahap dan terbuka untuk publik dengan memperhatikan dokumen resmi dalam menjaga kerahasiaan informasi komersial dan industri. Informasi yang disampaikan ke semua pihak terkait berupa penilaian risiko dan proses pengambilan keputusan.

Dalam komunikasi ini juga harus mencakup proses konsultasi yang responsif dan interaktif dari semua pihak terkait. Konsultasi tersebut mengangkat masalah keamanan pangan dan gizi yang relevan dan perlu penanganan dalam proses analisis risikonya.

Menyadari laju perkembangan yang pesat di bidang bioteknologi, pendekatan penilaian keamanan pangan dari produk bioteknologi modern perlu peninjauan ulang. Tujuannya untuk memastikan informasi ilmiah yang baru muncul dimasukkan ke dalam analisisi risiko. Hasilnya adalah informasi tersebut membuat tindakan manajemen risiko lebih efektif.

Sebagai saran, Badan Standarisasi Nasional (BSN) perlu meningkatkan sosialisasi Standar Codex dan penanganannya di Indonesia kepada para pemangku kepentingan di bidang pangan,  khususnya industry pangan dan instansi pemerintah yang berwenang. Sosialisasi tersebut sebagai upaya menyebarluaskan kegiatan Codex, hasil-hasil yang telah dicapainya, serta penanganan dan partisipasi Indonesia dalam forum Codex.

Oleh : drh Pudjiatmoko PhD

Medik Veteriner Ahli Utama, Direktorat Kesehatan Hewan, Ditjen PKH, Kementerian Pertanian

Baca Juga :  Pemuda Tani Membangun Negeri

 

tidak boleh di copy ya

error

suka dengan artikel ini