15 Januari 2025

Sinar Tani

Media Pertanian Terkini

Beranda » Penyuluh Pertanian di Era VUCA, Bagaimana Menyikapinya?

Penyuluh Pertanian di Era VUCA, Bagaimana Menyikapinya?

Penyuluh pertanian saat berdialog dengan petani | Sumber Foto:dok. sinta

Sinar Tani, Malang—Bangsa di dunia kini menghadapi era yang serba tidak pasti, makin komplek dan mudah bergejolak. Era tersebut dikenal dengan VUCA (volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity). Bagaimana dunia pertanian menghadapi era tersebut, tak terkecuali dengan penyuluh pertanian?

Berawal dari situasi dunia bisnis yang bergejolak dengan penuh ketidaktahuan, persaingan yang kompleks, dan kompetitor yang tidak jelas, muncul istilah VUCA. Istilah ini muncul dalam teori kepemimpinan Warren Bennis dan Burt Nanus pada 1987, dua orang pakar ilmu bisnis dan kepemimpinan dari Amerika.

Istilah itu digunakan dalam pelatihan kepemimpinan militer di US Army War College. Tujuannya untuk menggambarkan situasi politik-keamanan yang berubah cepat di era 1990-an, dari keruntuhan Soviet hingga Perang Teluk. Jadi istilah ini awalnya diciptakan militer AS untuk menggambarkan situasi geo-politik saat itu.

Istilah sebenarnya pinjaman dari dunia militer Amerika untuk menggambarkan kondisi setelah perang dingin. Dari sini, konsep VUCA kemudian diadaptasi dalam dunia inovasi bisnis di banyak sektor industri sebagai panduan sikap kepemimpinan dan perencanaan strategi.

VUCA  adalah kombinasi alami dari situasi dan kondisi yang buruk. Tapi apa sebenarnya pengertian VUCA, dan apa kaitannya dalam dunia Penyuluhan Pertanian? Sikap waspada yang tersaji dalam VUCA memunculkan ide yang berguna untuk mengelola resiko. Dengan memahami pengertian VUCA, segala bentuk potensi ancaman yang terkait kegiatan penyuluhan bisa diantisipasi, selain juga mampu membuat rencana aktifitas sesuai rencana kerja.

Peran penyuluh pertanian sebagai fasilitator, motivator dan sebagai penggerak usaha pertanian merupakan titik sentral penyuluhan pertanian. Proses penyelenggaraan penyuluhan dapat berjalan dengan baik dan benar apabila didukung enam hal.

Pertama, tenaga penyuluh yang profesional. Kedua, kelembagaan penyuluh yang handal. Ketiga,  materi penyuluhan yang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi. Keempat, sistim penyelenggaraan penyuluhan yang benar. Kelima, metode penyuluhan yang tepat. Keenam, manajemn penyuluhan yang polivalen.

Baca Juga :  Petani Sinjai Tenang, Pemkab Jamin Stok Pupuk Bersubsidi Aman

Menyikapi VUCA

Dalam menyikapi VUCA, penyuluh harus bisa menerima setiap perubahan sebagai bagian dari lingkungan kerja yang konstan dan tidak dapat diprediksi dan jangan melawannya. Buat pernyataan yang kuat dan menarik tentang tujuan dan nilai tim. Kemudian, kembangkan visi bersama yang jelas tentang masa depan. Pastikan menetapkan tujuan fleksibel yang dapat dirubah bila perlu, ini membantu menavigasi situasi yang tidak menentu dan asing.

Sementara itu guna mengatasi Uncertainty dengan Understanding, kita bisa berhenti sejenak untuk mendengarkan dan melihat sekeliling. Hal ini membantu memahami dan mengembangkan cara berpikir dan bertindak baru sebagai reaksi terhadap ancaman ketidakpastian.

Supaya tidak ketinggalan, prioritaskan tupoksi, analisis dan interpretasi bisnis petani binaan, dan competitive intelligence (CI). Tetap memperbaharui informasi dengan berita industri, serta dengarkan pelanggan dan mitra kerja untuk mencari tahu apa yang mereka inginkan.

Tinjau dan evaluasi kinerja kelompok selaku team work, pertimbangkan dengan baik langkah yang akan dilakukan. Lakukan simulasi dan eksperimen dengan situasi, sehingga melatih untuk bereaksi terhadap ancaman serupa di masa depan.

Untuk memecahkan complexiity, berkomunikasilah secara jelas dengan tim. Karena dalam situasi yang kompleks, komunikasi yang jelas dapat membantu mereka memahami arah tim dan organisasi. Kembangkan tim dan dorong kolaborasi. Situasi VUCA seringkali terlalu rumit untuk ditangani oleh satu orang, oleh karena itu bangun tim yang dapat bekerja secara efektif dalam lingkungan yang bergerak cepat.

Selain itu, kita harus dapat melawan ambiguity dengan agility. Dorong fleksibilitas, kemampuan beradaptasi, dan ketangkasan. Buat rencana ke depan, tetapi persiapkan juga rencana cadangan untuk perubahannya. Pekerjakan dan promosikan orang-orang yang berhasil di lingkungan kelompok tani, mereka umumnya kolaboratif dan memiliki keterampilan berpikir yang kompleks. Dorong petani binaan untuk berpikir dan bekerja di luar area fungsional mereka. dan tingkatkan kemampuan tim.

Baca Juga :  Demografi, Ketahanan Pangan, Skor Pisa, Prevalensi Stunting dan Nilai IQ

Hindari memimpin dengan mendikte atau mengendalikan anggotanya, namun kembangkan lingkungan kolaboratif dan konsensus. Mendorong adanya debat yang sehat, perbedaan pendapat, dan partisipasi dari semua orang. Kembangkan “budaya ide”, sebagai budaya yang aktif dan dapat mengubah tim dan organisasi menjadi lebih kreatif dan gesit.

Beri penghargaan bagi anggota kelompok yang menunjukkan Vision, Understanding, clarity, Agility. Buat situasi yang menjadikan setiap orang dapat melihat perilaku seperti apa yang akan mendapat penghargaan.

Pengaruh bagi petani

Dengan kondisi VUCA, mau tak mau kita harus menghadapi dunia yang lebih maju, lebih cepat, informasi yang semakin sulit disaring, dan persaingan yang semakin terbuka. Tentunya hal ini juga akan mempengaruhi bagaimana petani binaan yang  tergabung dalam Poktan di era VUCA ini, diperlukan beradaptasi.

Ada beberapa tips untuk mempersiapkan penyuluh dan petani dalam menghadapi era VUCA. Misalnya, keterampilan dasar dalam menghadapi teknologi, asupan nutrisi untuk mengimbangi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemudian arahkan untuk belajar memecahkan permasalahan sendiri dan tidak mudah menyerah.

Selain itu, perkenalkan situasi-situasi sulit yang sebenarnya terjadi, lalu ajak petani untuk selalu mencoba hal baru atau pengalaman baru sehingga mampu beradaptasi. Terakhir, bersikap terbuka pada petani binaan. 

Reporter : Asep Koswara

Sumber : BBPP Ketindan

tidak boleh di copy ya

error

suka dengan artikel ini