Sahabat Tabloid Sinar Tani yang Budiman,
Sinar Tani, JAKARTA — Perubahan iklim telah menjadi pembahasan serius di seluruh dunia tetapi proses perubahannya terus berlanjut. Upaya memperlambatnya banyak terkendala, bisa jadi karena kadar kesadaran untuk memelihara lingkungan masih rendah, atau karena informasi tentang perubahan ikllim itu tidak sampai kepada masyarakat.
Mulai Edisi minggu ini dan selanjutnya, Sahabat Tabloid Sinar Tani akan memperoleh informasi secara series tentang perubahan iklim dan dampaknya pada Rubrik Perubahan Iklim yang khusus disediakan di tabloid ini. Harapannya tidak lain agar pembaca memperoleh informasi yang semakin banyak dan lengkap tentang isyu penting ini.
Tabloid Sinar Tani merangkul BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), FAO (Food and Agriculture Organisation) dan instusi terkait lainnya untuk memberikan informasi tentang perubahan iklim dan berbagai dampaknya yang berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia. BMKG sudah memperingatkan, pertanian adalah sektor paling terdampak perubahan iklim
Penyebab perubahan iklim, antara lain adalah Efek Gas Rumah Kaca, Pemanasan Global, Kerusakan Lapisan Ozon, Kerusakan Fungsi Hutan, Penggunaan Chloro Flour Carbon (CFC) yang tidak terkontrol, dan Gas Buang Industri. Kesemuanya itu sebenarnya merupakan akibat ulah manusia yang kurang bijak dalam memanfaatkan sumberdaya alam, seperti penggunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil.
Perubahan iklim terlihat dari terjadinya curah hujan tinggi, musim kemarau yang berkepanjangan, peningkatan volume air akibat mencairnya es di kutub, terjadinya bencana alam angin puting beliung, dan berkurangnya sumber air.
Tantangan bagi para pekerja di lapangan terbuka seperti pertanian semakin berat. Bukan karena pekerjaannya sendiri tetapi karena lingkungan yang semakin tidak nyaman akibat udara panas yang menyengat. Temperatur terus merayap naik.
Kenaikan suhu bumi 2 derajat Celcius dianggap sangat penting oleh para ilmuwan. Dampak perubahan iklim itu akan sangat terasa, misalnya gagal panen, naiknya permukaan air laut, runtuhnya ekosistem di darat dan di laut, kemerosotan ekonomi dan memburuknya kesehatan manusia.
Kita sudah dekat di angka kritis itu. Kenaikan melewati ambang batas 1,5 derajat Celcius menurut prediksi menggunakan AI (Artificial Intelligence) akan terjadi pada tahun 2030. Walaupun masih ada ketidakpastian tentang kapan kita bisa mencapai kenaikan 2 derajat Celcius tersebut, upaya pengedukasian masyarakat dalam menghadapi kejadian yang mengerikan tersebut harus terus dilakukan.
Bagi pertanian, sektor yang akan terdampak paling besar, akibat berantainya sangat serius, yaitu defisit pangan. Sementara penduduk dunia terus bertambah dari waktu ke waktu. Semoga upaya yang dilakukan Tabloid Sinar Tani akan menambah wawasan kepada masyarakat dalam memberikan upaya terbaiknya dalam menghadapi Perubahan Iklim.
Baca juga
Kelor, Hadapi Ancaman Indonesia Emas 2045
Dwi Tunggal Ketahanan Pangan Nasional
Revitalisasi Industri Kelapa Indonesia