Sinar Tani, Jakarta — Petani harus bener-bener harus tahu tentang Light Trap! Jangan bayangkan alat pemantau hama biasa – Light Trap ini bikin wereng bubar sebelum mereka punya kesempatan buat bikin tanaman jadi ‘santapan’ mereka.
Hama wereng, si perusak tanaman padi yang lihai, bukanlah ancaman hanya di Indonesia, melainkan juga meneror ladang-ladang padi di seluruh belahan dunia. Dalam bahasa ilmiahnya, Nilaparvata lugens, sang penjahat tanaman, tak segan menyerang padi saat masih tumbuh daun hijau maupun saat tangkai bunga mulai membangun harapan panen.
Ironisnya, kehadirannya dapat membuyarkan mimpi petani dengan gagal panen sebagai kenyataan pahit. Namun, kisah kelam ini tak berhenti di situ, wereng ternyata juga menjadi pembawa wabah penyakit tungro, virus yang dapat mengoyak harapan panen. Hama ini juga bisa muncul berkali lipat disaat musim kering, utamanya jika El Nino menyerang. Karena itu, pemantauan hama wereng ini sangat penting dilakukan sesering mungkin bahkan secara rutin sebelum masa puncak El Nino.
“Penggunaan Light Trap terbukti sangat efektif dalam mendeteksi kehadiran wereng cokelat imigran dan penggerek pada tanaman padi. Untuk menentukan waktu yang tepat untuk menanam padi, kami merujuk pada puncak penangkapan wereng imigran oleh Light Trap. Setelah mencapai puncak, baru lah padi dapat ditanam setelah melewati periode 15 hari,” cerita Dr. Suprihanto, Koordinator KSPHS dari Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Padi (BBPSI Padi).
Selanjutnya, dalam menentukan waktu ideal untuk menanam padi, petani harus memantau tingkat penangkapan wereng imigran oleh Light Trap. Jika tingkat penangkapan tinggi, kami akan menunda waktu tanam padi selama 1 minggu. Pendekatan ini membantu secara signifikan dalam mengurangi populasi wereng dan penggerek, sehingga tanaman padi dapat tumbuh dengan lebih baik dan berpotensi memberikan hasil panen yang lebih optimal.
Light trap terdiri dari empat komponen yaitu lampu, corong dan kantung plastik, serta rangka beratap. Cara kerja perangkap ini, lampu diletakkan di dalam lahan sawah di pinggir pematang dengan ketinggian 150-250 cm dari permukaan tanah. Letaknya bisa disesuaikan dengan kondisi tempat karena alat ini menggunakan lampu sehingga memerlukan sumber aliran listrik. Bisa juga menggunakan panel surya agar tidak bergantung pada energi listrik.
Panel Surya
Kini sudah muncul inovasi light trap bertenaga surya atau cahaya matahari. Light trap tenaga surya mempunyai kerangka yang efisien karena tidak membutuhkan kabel yang mengaliri listrik. Light trap tenaga surya dirancang untuk memudahkan pemakaian di area yang sulit dijangkau kabel dan listrik serta dirancang untuk aktif mengisi energi pada siang hari untuk mengaktifkan cahaya di malam hari.
Dengan memanfaatkan panel surya, sinar matahari pada pagi hingga sore hari akan menerangi panel tersebut. Dengan bantuan solar controller, panel surya mampu mengisi daya aki. Ketika malam tiba dan cahaya mulai meredup, sensor cahaya akan mendeteksi kondisi ini, memicu lampu untuk menyala secara otomatis.
Penerapan konsep lampu perangkap ini cukup sederhana. Lampu ditempatkan di dalam area pertanian kita, dengan penempatan yang disesuaikan dengan kondisi tempat yang memiliki potensi. Lampu akan dinyalakan setiap harinya, dimulai dari pukul 6 sore hingga 6 pagi.
Cahaya terang dari lampu ini berfungsi untuk menarik hama-hama yang aktif pada malam hari. Hama-hama ini tertarik mendekati sumber cahaya, dan pada akhirnya terjebak di baskom yang berisi air. Baskom ini bisa diisi dengan campuran tertentu, seperti deterjen atau bahan lain, sehingga hama-hama yang terperangkap akan mati hingga pagi hari.
Satu perangkap cahaya dengan dimensi yang besar dan lampu berkekuatan 100 watt memiliki kemampuan untuk mengawasi area persawahan yang luas, mencakup rentang dari 200 hingga 500 hektar. Namun, ketika diaplikasikan untuk pengendalian, optimalisasi dapat dicapai dengan menggunakan lebih banyak lampu perangkap, memungkinkan hasil yang lebih maksimal dalam upaya pengendalian hama.
Pertimbangan daya lampu menjadi esensial, di mana rentang daya antara 100 hingga 150 watt digunakan. Dalam situasi di mana populasi hama mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, efisiensi perangkap menonjol.
Hasil tangkapannya mencakup 376 ribu ekor wereng coklat per malam, 12 ribu ekor ngengat penggerek batang padi kuning, dan 146 ribu ekor kepinding tanah per unit per malam.
Namun, perlu diperhatikan bahwa penggunaan lampu dengan daya di bawah 20 watt membutuhkan pendekatan yang berbeda. Dalam hal ini, penempatan lebih banyak lampu perangkap di beberapa titik di area persawahan diperlukan.
Reporter : NATTASYA
Melepas Jeratan Bank Emok
4 Manfaat Menakjubkan dari Buah Binjai yang Jarang Diketahui
KWT Giriwinangun Tebo, Eksis di Tengah Keterbatasan Dana