Sinar Tani, Jakarta—Dalam tradisi Tionghoa, mengonsumsi ikan bandeng pada Hari Raya Imlek dipercaya dapat mendatangkan rezeki berlimpah. Karena itu menjelang perayaan Tahun Baru, masyarakat keturunan biasanya menyerbu ikan air payau tersebut.
Di Jakarta Barat terdapat pasar dadakan yang menjual bandeng dengan ukuran terbilang jumbo, yaitu di pasar Rawa Belong. Sebenarnya pada hari biasa, pasar yang dikelola PD Pasar Jaya ini adalah pasar khusus yang menjual aneka ragam tanaman hias lokal dan impor, serta pernak perniknya.
Namun menjelang perayaan imlek pada Februari ini, pasar ini bertambah fungsinya menjadi pasar dadakan ikan bandeng, khusus imlek. Bandeng dengan aneka ukuran yang super ini didatangkan khusus dari tambak di kawasan Pantura Jakarta dan Tangerang seperti kawasan Tanjung Kait, melalui pasar ikan Muara Karang.
Para pedagang bandeng biasanya berjejer di sepanjang trotoar Pasar Rawa Belong menjajakan aneka ikan bandeng dengan ukuran yang besar dari biasanya. Beratnya antara 3–5 kg, bahkan ada yang mencapai 10 kg/ekornya.
Karena ukurannya jumbo, harganya pun lumayan menguras kantong hingga mencapai Rp 70-80 ribu/kg. Karena itu untuk membawa pulang 1 ekor dengan ukuran 5 kg lumayan merogoh kocek cukup dalam, hingga ratusan ribu rupiah.
Namun demikian dari pemantauan Sinar Tani, konsumen ikan bandeng bukan hanya etnis tionghwa, masyarakat umum pun berbondong-bondong mendatangi pasar ini. Mereka umumnya bukan untuk membeli, namun sekedar melihat lihat ikan dengan ukuran yang tidak biasa ini.
Seperti masyarakat Tionghoa, bagi warga Betawi mengonsumsi ikan bandeng menjelang imlek juga menjadi sebuah tradisi tahunan, meski mereka tidak merayakan imlek. Biasanya masyarakat Betawi mengolah bandeng menjadi pindang. Masakan tersebut merupakan masakan favorit yang akan dinikmati bersama keluarga dan dibagikan ke tetangga sebagai bentuk kearifan lokal budaya Betawi.
Seperti yang disampaikan Pakar kuliner tradisional Indonesia, William Wongso. Dalam bahasa Mandarin, kata ‘ikan’ ketika diucapkan memiliki bunyi yang sama ketika mengucapkan kata ‘yu’, yang berarti rezeki.
Tak hanya itu, posisi ikan bandeng saat berenang pun, sambung William, selalu mengarah ke depan dan tidak pernah mundur sama sekali. Hal tersebut melambangkan usaha yang lancar serta keberuntungan berlimpah. “Karenanya, ketika diolah dan disajikan pun, ikan bandeng harus tetap utuh tanpa membuang salah satu bagian tubuhnya,” katanya.
Baca juga
Pj Gubernur Sulsel Tinjau TPI Lappa, Siapkan Revitalisasi
Tanam Mangrove di Pesisir, Pemkab Pinrang Dorong Masyarakat Peduli Lingkungan
Dinas Perikanan Palopo, Ajak Masyarakat Olah Ikan Jadi Menu Utama