Sinar Tani, Jakarta—Pengembangan kampung hortikultura menjadi program utama Ditjen Hortikultura, Kemententerian Pertanian. Namun pemerintah akan memprioritaskan pada komoditas penyebab inflasi dan substitusi impor.
Plt Sekjen Kementerian Pertanian yang juga Dirjenj Hortikultura, Prihasto Setyanto mengatakan, target utama program Kampung Hortikultura ini adalah untuk menjaga stabilitas harga komoditas hortikultura. Setidaknya ada dua komoditas yang selama ini menjadi penyebab inflasi yakni cabai dan bawang merah.
“Target kita adalah mengendalikan inflasi. Kita harus mencari harga yang wajar agar petani tersenyum dan konsumen bahagia,” kata Prihasto saat Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional di Bogor, pada Sabtu (22/6).
Dalam program kampung hortikultura, Ditjen Hortikultura akan fokus pada komoditas substitusi impor seperti bawang putih dan kentang industri. Program ini juga diharapkan dapat membantu pemerintah mengendalikan inflasi.
“Kedepannya kita akan menyediakan semaksimal mungkin komoditas-komoditas hortikultura strategis, agar tidak mempengaruhi inflasi secara signifikan. Kita harus menyiapkan dan mendistribusikan dari daerah surplus ke daerah defisit,” katanya.
Prihasto menegaskan, peningkatan produksi sayuran, buah, florikultura, dan tanaman obat akan menjadi prioritas utama. Karena itu, Program kampung hortikultura di masa mendatang diharapkan dapat mengoptimalkan potensi lokal dalam budidaya hortikultura, memperkuat ketahanan pangan, dan meningkatkan nilai tambah produk melalui inovasi teknologi serta pemberdayaan masyarakat.
Selain itu, kampung hortikultura juga bertujuan mendorong pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan, serta memperkuat jaringan pemasaran untuk memastikan produk hortikultura dapat bersaing di pasar lokal dan internasional.
Sementara itu Direktur Perbenihan Hortikultura, Inti Pertiwi Naswari menyatakan, bantuan benih kentang dan bawang putih akan ditingkatkan pada tahun depan. Perbanyakan benih bawang putih akan difokuskan di tiga kabupaten yaitu Sembalun, Temanggung, dan Brebes untuk mendukung swasembada bawang putih nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor.
Selain itu, pemerintah juga mendukung kesiapan benih fitofarmaka atau tanaman obat dan sukun untuk diversifikasi pangan. “Sukun akan menjadi prioritas sumber karbohidrat yang dikembangkan dalam pemerintahan baru nanti,” tambah Inti.
Adapun Direktur Perlindungan Ditjen Hortikultura, Jekvy Hendra optimis Kementan mampu mewujudkan pertanian yang sehat dan ramah lingkungan. Saat ini, terdapat 449 Klinik Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang telah beroperasi di seluruh Indonesia.
Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) nantinya bertugas untuk meningkatkan perlindungan tanaman melalui metode yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. “Perlindungan tanaman sangat penting. Sebaik apapun benih yang ditanam dan selengkap apapun pemeliharaan, jika terserang hama dan penyakit tanaman, panen akan gagal total,” kata Jekvy.
Dengan berbagai upaya ini, Kementan berkomitmen untuk mendorong pertanian berkelanjutan yang tidak hanya meningkatkan produksi, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem dan kesejahteraan petani.`
Reporter : Julian
Panen Raya Bawang Merah, Budidaya TSS di Cilacap Sukses Tingkatkan Produktivitas
Permintaan Meningkat, Anggrek jadi Primadona Baru di CFD Cilacap
Festival Urban Farming 2024 Sukses Besar, Dihadiri 5000 Pengunjung