Sinar Tani, Jakarta – Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian DKI Jakarta menggelar Festival Urban Farming di Taman Ismail Marzuki pada 17-19 September 2024. Acara ini dirangkaikan dengan berbagai kegiatan seminar bertema “Prospek, Peluang, dan Tantangan Pengembangan Pertanian Perkotaan (Urban Farming)” yang diadakan pada Selasa (17/9).
Sejumlah narasumber pakar di bidangnya dihadirkan, untuk memberikan wawasan tentang Urban Farming dalam aspek yang lebih luas.
“Pariwisata itu kegiatan yang bisa membuat orang lain bahagia. Salah satunya adalah dengan Farming akan merelaksasi semua otot-otot kita. Peluang yang sangat penting ada di Indonesia, bagaimana mengkolaborasikan produk olahan hasil tani siap ekspor. Tapi ternyata di dalam negeri masih kurang untuk bisa dinikmati, “ kata Wakil Rektor Institut Pariwisata Trisakti Bidang Kerjasama, Alumni Pemasaran dan Job Arrangement System, Dr. Novita Widyastuti, SST, M,Si, Par.
Novita terinspirasi konsep di luar negeri makan sehat di sebuah Lokasi pedesaan, harus pesan sebelumnya karena chef nya akan memetic sayuran dan buah yang akan disajikan sesuai dengan apa yang mereka panen pada hari itu.
“Kampus kami telah menjadi training center Pusdiklat Kementerian Luar Negeri. Mengajarkan pada diplomat asing bagaimana menghidangkan komoditas ekspor berupa herbal dan bumbu dapur sampai dijadikan makanan yang siap disajikan untuk tamu kenegaraan, “ tuturnya.
Direktur Pangan dan Pertanian Bappenas, diwakili oleh Koordinator Tim Pangan, Bapak Ifan Martino, banyak membahas tentang Optimalisasi Pengembangan Urban Farming untuk Mendukung Pencegahan dan Penanganan Stunting di Jakarta.
“Secara umum paparan mengulas tentang arah kebijakan untuk Pembangunan sektor pertanian dan pangan ke depan, 20 tahun, 5 tahun , dan 1 tahun ke depan di 2025. Kependudukan berdasarkan data FAO menunjukkan bahwa masih akan tumbuh jumlah penduduknya meski tidak terlalu besar, proporsi penduduk yang akan tinggal di perkotaan lebih besar dibandingkan dengan di pedesaan. 57% lebih penduduk Indonesia tinggal di perkotaan. Artinya semakin sedikit penduduk yang tinggal di pedesaan semakin sedikit yang memproduksi pertanian. Solusinya adalah : Urban Farming,” kata Ifan.
Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kepala Pusat Riset Tanaman Perkebunan, Dr. Setiari Marwanto, S.P, M.Si, masalah Jakarta adalah kualitas udara, air bersih, banjir, subsiden.
“Tantangan dunia adalah peningkatan muka air laut, kenaikan suhu, iklim ekstrim. Iklim menjadi susah diprediksi, perubahan iklim menjadi tantangan pertanian, sangat berdampak pada produktivitas pertanian. Sudah banyak contoh di mana pertanian menjadi tidak bisa survive karena perubahan iklim yang ditandai dengan kenaikan suhu udara, kejadian iklim ekstrim, itu akan menggagalkan produktivitas pertanian. Tidak lupa kita kenaikan muka air laut menimbulkan intrusi di mana air laut masuk ke dalam tanah sehingga airnya menjadi asin,” katanya
“Salah satu teknologi yang mungkin cocok untuk Jakarta adalah padi apung, karena bisa memanfaatkan lahan basah, rawa, danau, dsb. Tentu saja banyak aspek yang harus diperhatikan kesesuaian air, hara, nutrisi, dsb. Menanam padi sekarang tidak harus di sawah, karena secara prinsip tanaman perlu Cahaya matahari. Mineral dari unsur hara dan pupuk, air itu sendiri sehingga proses fotosintesis itu bisa berjalan dengan baik. Beberapa keragaan dari padi apung yang bisa diterapkan di beberapa daerah sudah sukses menghasilkan panen. Dengan alat yang semakin bagus, semakin awet, tentunya cost nya semakin mahal, tentu itu menjadi pilihan,” bebernya.
Sementara itu Kepala Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian (BPSIP) Jakarta Dr. Muhammad Alwi Mustaha, M.Si menjelaskan tentang Potensi Pangan Lokal untuk Pengembangan Pertanian Perkotaan.
“Secara historis pangan local ini menjadi kelimpahan kemewahan berada di Indonesia. Dari Aceh sampai ke Papua masing-masing memiliki pangan local. Kondisi saat ini sangat beragam ada yang masih bertahan ada yang sudah tergerus oleh waktu. Support di Tanaman Pangan dan kaitannya dengan pangan local. Dari waktu ke waktu terlihat seiring dengan bertambahnya populasi konsumsi pangan meningkat, dan ini menjadi peluang yang menarik untuk ada di situ. Ada pangan-pangan kita yang harus kita hadirkan sebagai substitusi dari pangan yang saat ini. Di Kementerian Pertanian komoditas padi jagung dan kedelai menjadi komoditas untuk menjaga ketahanan pangan kita, “ katanya.
Berkaitan dengan pertanian perkotaan, aktivitasnya adalah berkebun di sekitar rumah, berbasis komunitas (anggur, hidroponik, dll) , bersifat komersial karena lahan terbatas. Ada kelembagaan yang berjalan sehingga pertanian perkotaan massif.
Sumber-sumber pangan, tanaman pangan potensial Padi, Jagung, Kedelai, Talas, Ubi Jalar. Potensi pengembangan padi di Jakarta, masih ada, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur. Jagung, sebagai penyumbang karbohidrat yang utama, ketiga kedaia, juga bisa di lahan terbatas dengan mengatur waktu tanam. Yang keempat talas, sumber daya genetic talas di Jakarta dan ubi jalar juga sebagai sumber karbohidrat.
“Konsumsi di Jakarta untuk beras 1,1 juta ton/tahun. Kebutuhannya dicukupkan dari daerah lain. Bisnis oriented ke perbenihan. Punya posisi tawar yang bagus. Mendorong ke Agro Edukasi Wisata (AEW), Pemprov DKI mendorong Ujung Menteng untuk AEW. Ini bagus, mempertahankan sekaligus kolaborasi dengan usaha UMKM lainnya, “ ujarnya
Public Figure, Zee Zee Shahab memberikan motivasi untuk Urban Farming di lahan terbatas. Dirinya beserta keluarga yang tinggal di apartemen gemar menanam aneka sayuran.
“Dengan bertanam sendiri di rumah, anak-anak kini suka buah, cemilan ubi, mengurangi gula, nasi merah dengan serat lebih tinggi, sehingga anak- anak lebih sehat, resiko stunting lebih rendah. Saya juga menanam daun pandan walaupun lahan terbatas. Saya mengajak teman-teman yang punya lahan lebih luas untuk. menanam pangan sendiri, “ katanya.
Reporter : Indri
Baca juga
Panen Anggur Lokal, Titiek Soeharto : Kualitasnya Tidak Kalah Dengan Import
Perdana, Sinjai Gelar Kontes Bonsai Tingkat Nasional
Kapolres Sidrap Tinjau Pekarangan Pangan Bergizi di Desa Bina Baru