Sinar Tani, Labuhanbatu Selatan — Bertani di lahan tandus bagi sebagian besar masyarakat adalah sebuah keniscayaan. Namun tidak untuk Iptu Armen Faisal, yang mencoba bertani cabai di lahan tandus di Desa Kampung Dalam, Labuhanbatu Selatan.
Kegiatan bertani cabai dilakukan IPTU Armen Faisal ditengah kesibukannya sebagai pengayom masyarakat di Polsek Sei Kanan, Polres Labuhanbatu, Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
Diungkapkan pria yang menjabat sebagai Waka Polsek Sei Kanan ini, bahwa pilihannya bertani cabai karena melihat sulitnya masyarakat mengolah tanah tandus dan berpasir, serta sulitnya mendapatkan pupuk dan harga yang mahal.
“Saya lihat tanaman cabe setiap waktu hargaya tidak menentu, bahkan pada hari-hari besar bisa harga Rp 150 ribu/kg,serta bila turun harga bisa Rp 10.000- 15.000/kg, fluktuasi harga yang tidak menentu langsung menjadi pemicu inflasi negara,” ujarnya.
Dilahan seluas 5.000 meter, Iptu Armen menanam 10.000 batang cabai rawit Rajo dari Panah Merah, serta jagung sebagai tumpeng sarinya.
“Pada musim lalu bertamam cabe merah dan untuk memutus mata rantai hama saya tanam jagung sebagai tumpeng sarinya,” ungkap Iptu Armen.
Lahan Berpasir
Untuk mengatasi lahan berpasir, IPTU Armen memiliki cara tersendiri dalam mengolahnya. Dimulai dengan menggunakan dolomit dan pupuk kandang dari feses ayam pedaging.
Kemudian campuran tersebut ditaburkan ke lahan yang akan ditanami. Selanjutnya setelah berselang 14 hari dari proses penaburan, dilakukan proses olah tanah kedua yang dilanjutkan dengan proses penyiraman pupuk organik cair yang diolah secara fermentasi.
“Kemudian minggu ketiga, jagung ditanam dan dilanjutkan dengan pemindahan bibit cabe ke lokasi tanam dengan jarak tanam 1 kali 1 meter,” tambahnya.
Setalah proses olah tanah dan penanam, kegiatan berikutnya adalah pemeliharaan/perawatan hingga panen.
Dalam proses ini Iptu Armen melakukannya dengan memberikan pestisida nabati yang juga dibuat sendiri.
“Setelah 80–90 hari, panen jagung lanjut panen cabe. Pada periode yang lalu bertanam cabe merah, didapatkan harga jual bervariasi Rp 50 ribu – 80 ribu/kg. Dengan modal 1 pohon cabe merah dan rawit Rp Rp 3.000- 4.000.-,” ukapnya,
Iptu Armen Faisal, dengan apa yang dilakukannya bisa menjadi contoh bagi masyarakat Labuhanbatu Selatan, sehingga tidak tidak ragu bertanam cabe dengan pola tumpang sari dilahan tandus berpasir.
“saya siap bila lahan cabai saya dijadikan tempat pembelajaran dan pelatihan bagi masyarakat yang mau bekerjasama, terlebih ini program pemerintah,” jelasnya,
Reporter : Istansu
Sangat menginspirasi,semoga menjadi motivasi untuk para petani dan pecinta tanaman