Sinar Tani, Jakarta—Anggur selama ini terkesan sebagai “buah mewah”. Dahulu buah ini mungkin hanya dapat dinikmati kalangan masyarakat tertentu. Dengan berkembangnya teknologi membuat anggur yang dikenal sebagai tanaman subtropis kini bisa dibudidayakan di negara tropis seperti Indonesia.
Kini penggiat anggur yang menyebutnya sebagai Peng-Anggur-an membudidayakan dalam skala rumahan di pekarangan. “Bayangkan jika di rumah anggur berbuah dengan baik, selain daunnya bisa membuat rindang, buahnya bisa membahagiakan sekeluarga. Betapa luar biasanya bila kita bisa panen anggur di halaman rumah,” kata kata Andi Sugiri, pemilik Taman Edukasi Anggur Sawarga Grape, Bogor saat webinar Sinar Tani pada Rabu (5/10).
Alumni IPB ini melihat, tanaman anggur juga sangat cocok untuk kegiatan urban farming. Jadi, selain bisa ditanam di pekarangan rumah, juga bisa di lingkungan RT/RW setempat. Selain itu, bisa dipadukan dengan kegiatan edukasi benih, café, resto, pelatihan, camping ground dan sebagainya.
“Kini perkembangan tren budidaya anggur bukan hanya untuk hobi, tapi juga produksi atau industri. Tanaman anggur bisa dijadikan pemanis atau estetika di halaman rumah atau belakang rumah dengan dipadukan dengan kolam ikan. Bahkan juga bisa dibudidayakan sebagai tempat edukasi, wisata petik, dan resto,” kata Andi Sugiri yang juga Kepala Divisi Litbang Dan Edukasi Asosiasi Penggiat Anggur Indonesia (ASPAI).
Andi Sugiri mengatakan, dalam budidaya anggur yang terpenting adalah paparan sinar matahari minimal 6 jam sehari agar berkembang dengan baik. Selain itu, juga perlu pengaturan sirkulasi udara dan kelembaban, karena anggur rentan terhadap jamur. “Aspek budidaya anggur meliputi pemilihan lokasi, syarat iklim pertumbuhan anggur. Ini harus mendapat perhatian,” ujarnya.
Dalam aspek budidaya anggur pemilihan lokasi memang sangat penting untuk memenuhi syarat iklim pertumbuhan anggur. Dari hasil penelitian, paling tidak ketinggian 0-900 meter di atas permukaan laut (mdpl). Tanaman anggur juga dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi seperti Lembang, Pengalengan, dan daerah Cimahi yang memiliki ketinggian lebih dari 1.000 mdpl.
Persiapan Tanam
Untuk tahapan persiapan dan pengolahan lahan, Andi Sugiri mengatakan, diperlukan persiapan media tanam dan pembuatan lubang tanam. Siapkan juga rambatan anggur dengan pola para-para, bisa memakai baja ringan, besi atau bambu. Tingginya disarankan lebih tinggi dari orang yang perawat anggur ditambah 30 cm. Hal ini supaya tangan mudah menjangkau ke atas, sehingga memudahkan perawatan dan mengontrol pucuknya.
Penggunaan para-para ini, karena dalam budidaya anggur aktifitas memotong, mengatur cabang, memanen akan sering dilakukan. Jika terlalu tinggi, justru merepotkan bagi yang merawat. Sedangkan tujuan agrowisata supaya lebih rapi. “Bisa juga dengan membuat bedengan dan pola rambatan bisa diatur sendiri,” tambahnya.
Untuk bibit, Andi Sugiri mengingatkan, siapkan yang sehat, bebas dari hama dan penyakit. Bagi pembudidaya pemula sebaiknya pilih yang genjah. Untuk penanaman dapat di dalam pot (tabulampot) atau langsung di tanah. Kondisi bibit angur yang ideal tingginya 60-80 cm dari dasar polibag yang sudah bersulur, adanya pucuk/tunas aktif, serta perakaran yang baik.
Bagaimana merawat tanaman? Baca halaman selanjutnya
Panen Raya Bawang Merah, Budidaya TSS di Cilacap Sukses Tingkatkan Produktivitas
Permintaan Meningkat, Anggrek jadi Primadona Baru di CFD Cilacap
Festival Urban Farming 2024 Sukses Besar, Dihadiri 5000 Pengunjung