Sinar Tani, Cilacap — Bawang merah menjadi komoditas primadona baru etani di kecamatan Adipala, kabupten Cilacap, Jawa Tengah. Pasalnya dengan menanam barang merah mereka bisa memperoleh pendapatan 4 – 5 kali lipat bahkan bisa lebih bila dibanding pendapatan dari usahatani padi.
Dilihat dari kenampakan pertanaman yang subur, dapat diduga bahwa para petani bawang merah di Adipala ini benar-benar serius mengelola kebunnya. Sebagai contoh, sejak awal bertanam pada tahun 2019, para petani telah menggunakan sistem sprinkle guna mencukupi kebutuhan air.
Para petani yang rata-rata telah melek teknologi informasi ini, telah menghitung. Cara mengairi bawang merah dari sumber air sumur tancap yang paling efisien adalah dengan sistem sprinkle. Dapat menghemat biaya tenaga dan kebutuhan airpun lebih sedikit.
Tercatat paling tidak, sudah ada petani di 4 desa, yaitu desa Adipala, desa Karanganyar, desa Bunton dan desa Welahan Wetan yang telah mulai menanam bawang merah di musim kemarau.
Petani bawang merah dari dusun Glempang desa Karanganyar, Tasilan mengaku bahwa dia mendapat ide menanam bawang merah karena pelatihan. Dia bersama petani-petani lain mendapat kesempatan mengikuti pelatihan budidaya bawang merah, yang diselenggarakan Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap.
“ Disamping belajar budidaya di Cilacap, kami juga diajak anjangsana ke sentra bawang merah di kabupaten Brebes” kata pria 46 tahun ini.
Pada tahun itu juga Kelompok Tani ”Rejeki Lancar”, yang ketuainya dipercaya melaksanakan demplot bawang merah dari Dinas Pertanian Cilacap.
Mereka mendapat bantuan sarana produksi berupa benih, pupuk dan pestisida. Karena ketekunan dalam menerapkan tenologi anjuran, serta adanya cuaca yang mendukung panen Demplot perdana tersebut sangat memuaskan. Per hektar dapat mencapai 14 ton umbi basah.
Keberhasilan tersebut juga tidak lepas dari pendampingan yang dilakukan Penyuluh Pertanian. Penyuluh Pertanian di Wilayah Kerja desa Karanganyar dan desa Bunton, Weni Supiastuti AMd, mengatakan bahwa para petani bawang merah tersebut sangat resposif terhadap materi penyuluhan yang ia sampaikan.
Weni menambahkan bahwa sebagai contoh, disamping penggunaan sistem pengairan sprinkle, Tasilan pada musim ini juga telah menggunakan insect net untuk melindungi kebunnya.
“ Pak Tasilan mengeluarkan biaya Rp 4 juta lebih untuk sprinkle dan Rp 8 juta lebih untuk insect net “ kata Weni
Weni mengaku petani juda sudah menghitung,biaya awal memang besar, tetapi akan menghemat biaya operasional berikutnya.
Ketika panen perdana tersebut kebetulan juga harga bawang merah pas bagus. Sehingga para petani disekitar desa Karanganyar menjadi tertarik ikut bertanam bawang merah.
Sementara itu koordinator Penyuluh Pertanian di BPP Adipala, Rina Tri Astuti,SP mengatakan bahwa pada musim ini pertanaman bawang merah ada seluas sekitar 10 Ha, tersebar di 4 desa.
Rina menambahkan bahwa sebenarnya potensi lahan yang cocok untuk tanaman bawang merah di Kecamatan Adipala sangat luas, tak kurang dari 3.000 Ha.
“ Namun petani terkendala dengan besarnya biaya produksi yang harus dikeluarkan” katanya.
Rina menghitung, biaya yang paling besar yang dikeluarkan adalah untuk bibit, yang berupa umbi bawang merah.
“ Satu hektar butuh 800 kg – 1.000 kg, harga umbi bibit per kg Rp 60.000 – Rp 65.000,-“ ujarnya.
Namun saat ini, petani mulai menencoba menggunakan bibit yang berupa biji atau TSS (True Seed of Shallot).
“Kalau memakai benih ini agak hemat, satu hektar hanya butuh 4 kg” tambahnya.
Lebih lanjut menurut Rina, dengan bertanam bawang merah dimusim kemarau petani akan mendapat manfaat ganda. Selain dapat memperoleh hasil yang lumayan besar karena memanfaatkan lahan yang biasanya dibiarkan bero, petani akan mendapat produksi dalam rangka ketahanan pangan.
BPP Adipala mempunyai wilayah kerja sebanyak 16 desa. Ada empat Penyuluh Pertanian yang ditugaskan disana. Rina Tri Astuti, SP sebagai Penyuluh Pertanian merangkap koordinator, lalu ada Ruswanto dan Purwadi, selanjutnya Weni Supiastuti, AMd, serta Galuh Suryanto, AMd.
Menurut data statistic, areal pertanian di kecamatan Adipala ada seluas 6.119 Ha, terdiri dari lahan sawah 3.219 Ha dan lahan kering 2.900 Ha. Dan menurut para penyuluh, lahan yang menyerupai lahan dimana petani telah berhasil ditanami bawang merah masih sangat luas.
Kalaupun sekarang luas tanam bawang merah di kecamatan Adipala baru 20 Ha dan baru tersebar di 4 desa, kendala utamanya adalah kebanyakan petani belum mampu mencukupi kebutuhan modal usaha tani bawang merah yang cukup besar.
Pertanaman bawang merah di Adipala ini telah sering ditinjau oleh punggawa pertanian. Baik dari kabupaten Cilacap, Jawa Tengah maupun dari Ditjen Hortikultura, Kementan.
Bahkan, untuk mendorong semangat petani bawang merah, ketika panen perdana Demplot, Supriyanto, SP,MP, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah berkenan menghadiri secara pribadi.
Adipala merupakan daerah pertanian yang berada dipesisir selatan pulau Jawa, dihadapannya terbentang Samudra Indonesia.
“ Kalau musim kemarau begini, angin selalu bertiup , kadang kencang kadang sepoi-sepoi” Kata Weni.
Kok mirip seperti yang terjadi di Brebes .. pertanaman bawang merah di Brebes berhasil bagus, karena didukung “ Angin Kumbang” yang bertiup dari Gunung Slamet ke Laut Jawa..
Reporter : Djoko W
Panen Raya Bawang Merah, Budidaya TSS di Cilacap Sukses Tingkatkan Produktivitas
Permintaan Meningkat, Anggrek jadi Primadona Baru di CFD Cilacap
Festival Urban Farming 2024 Sukses Besar, Dihadiri 5000 Pengunjung