Sinar Tani, Malang — Dari berbagai jenis alpukat yang ditanam di tanah air, ternyata di Malang, Jawa Timur ada jenis alpukat spesial. Ya, jenis tersebut adalah Alpukat Pameling yang kini menjadi komoditas unggulan dengan berbagai kelebihan yang dimiliki.
Alpukat Pameling memiliki karakteristik yang tidak dimiliki alpukat jenis lain di tanah air. Yang membuat alpukat Pameling istimewa karena buahnya yang berukuran jumbo 500 sampai 1,5 gram per buah atau lebih, tanpa serat buah, rendemen daging mencapai 80-95 persen, dan tekstur buah lembut, dan tentunya lezat serta halus.
Selain itu, alpukat Pameling merupakan alpukat genjah yang mudah untuk ditanam baik di dataran rendah, sedang dan tinggi dengan ketinggian ideal 800 mdpl. Alpukat ini juga bisa panen sepanajng tahun dengan panen raya dua kali dalam setahun.
Keistimewaan itulah yang membuat Alpukat Pameling menjadi varietas unggul yang kini dikembangkan PT Pameling Agro Nusantara (PAMOR). Pusat pembibitan budidaya serta penjualan buah alpukat yang berlokasi di Desa Wonorejo Kecamatan Lawang Kabupaten Malang Jawa Timur ini telah diresmikan keberadaan serta operasionalnya oleh Menteri Pertanian RI pada 29 November 2020,
Perusahaan yang berada di bawah Korporasi Alpukat, Gapoktan Nakulo ini merupakan kebun percontohan nasional pembibitan atau plasma dan budidaya alpukat yang mempunyai konsep terpadu.
Diungkapkan General Manager PT Pameling Agro Nusantara (PAMOR), Agus bahwa alpukat Pameling awalnya bernama Alpukat Arjuno karena berasal dari Kota Lawang yang terletak di Lereng Gunung Arjuno.
“Nama alpukat Arjuno itu kemudian dirubah oleh Bupati Malang saat itu dan dinamakan Pameling, yang artinya eling yang dulunya murni orang menanam dibiarkan ada buahnya, setelah berbuah dijual ke pasar begitu saja,”ujar.
Agus menceritakan konsep perkebunan dari hulu ke hilir yang saat ini di jalankan Pameling Agro Nusantara dicetuskan oleh Bapak Nyoto.
“Tujuannya ialah untuk maju meraih sukses bersama dengan para petani mitra, walaupun latar belakangnya bukan dari pertanian,” ujarnya.
Agus menambahkan konsep perkebunan terintegrasi ialah sebuah sistem yang berawal dari bibit alpukat yang dibudidayakan dengan dukungan pupuk dari kotoran ternak dan pasca panen yang berada dalam sebuah koperasi.
“Berkembang lebih maju, untuk berhubungan dengan industri dibuat Perseroan Terbatas (PT) yang fungsinya adalah mengembangkan bibitnya, marketingnya dibagi dua, untuk budidaya dan ada marketing yang penanganan pasca panen, artinya yang budidaya ini menginformasikan atau menyebarkan budidaya khususnya di wilayah Kabupaten Malang,”paparnya.
Agus menjelaskan, paket budidaya yang disediakan Pamor selain bibit siap tanam juga terdapat saprodi lengkap (pupuk, dll), survey pemetaan lahan tanam, SOP budidaya, bimbingan teknis, program pendampingan serta jaminan pasca panen.
“Jadi kita tidak menjual bibit lepas, orang-orang yang membeli paket budidaya dari kita ada pendampingan untuk memastikan tanaman ini bisa tumbuh optimal dan mengharapkan hasil panen yang maksimal karena hasilnya nanti kita yang membeli,” ungkapnya.
Dengan bibit dari tanaman induk yang telah lulus uji karantin dan pemupukan yang sesuai, maka alpukat Pameling dapat dapat mulai berbuah di umur 2,5-3 tahunm dengan produktivitas maksimal mencapai 200 kg per pohon.
“Awalnya para petani menanam dan menjual alpukat hanya sekedar saja, namun sekarang dengan adanya program dari PT Pemeling Agro Nusantara dan group sangat membantu dalam proses budaya yang benar. Adanya gambaran pasar yang lebih luas dan sangat prospektif telah bisa menghilangkan keraguan dalam pengembangan dan budidaya,”terangnya.
Agus menjelaskan, selain dipasarkan dalam bentuk buah segar, alpukat Pameling juga dijual dalam bentuk buah potong frozen untuk daya simpan lebih lama. Pengembangan dalam bentuk hasil lainnya, juga dilakukan dalam skala industri seperti powder bubuk dan minyak bahkan juga produk-produk kosmetik yang berbahan baku buah alpukat.
Proses produksi buah alpukat dilakukan secara higienis dengan pemilihan bahan baku yang baik, kemudian dilakukan penyimpanan secara tepat dalam box freezer.
“Buah alpukat dipetik dari pohon dalam kondisi tua dan akan masak sekitar 5-7 hari ke depan, hal ini untuk memberikan jangka waktu yang cukup beserta keamanan dalam pengiriman kepada para customer di berbagai wilayah,”tuturnya.
Agus menambahkan, saat ini Pamor sedang terus melakukan pengembangan dengan memperluas area pemasaran alpukat Pameling diiringi dengan melakukan riset secara intensif untuk mendapatkan standar hasil industri terbaik, serta bertahap realisasi dari rencana pembangunan pabrik industri untuk proses pengolahan buah alpukat menjadi produk-produk turunan lainnya.
Peluang budidaya alpukat Pameling dalam satu hektar sekitar 170 pohon, hasil panen bisa mencapai Rp 3 juta per pohon atau Rp 500 juta per hektar bahkan lebih, dan terus meningkat sesuai usia tanaman.
“PT. Pamor mengeluarkan sertifikasi resmi jaminan keaslian bibit, sarana produksi lengkap, formulasi khusus serta bimbingan teknis standar prosedur budidaya yang telah teruji, program pendampingan untuk optimalisasi pertumbuhan tanaman dan hasil panen, serta pengelolaan pasca panen atau jaminan pasar,”pungkasnya.
Reporter : Soleman
Baca juga
Panen Anggur Lokal, Titiek Soeharto : Kualitasnya Tidak Kalah Dengan Import
Perdana, Sinjai Gelar Kontes Bonsai Tingkat Nasional
Kapolres Sidrap Tinjau Pekarangan Pangan Bergizi di Desa Bina Baru