Sinar Tani, Cilacap — Dalam upaya meningkatkan produksi bawang merah, Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap terus melakukan inovasi melalui budidaya True Shallot Seed (TSS), atau biji botani bawang merah. Terobosan teknologi ini hadir sebagai solusi untuk mengatasi keterbatasan benih umbi, sekaligus menawarkan alternatif benih berkualitas dengan harga lebih terjangkau.
Mahbub Junaedi, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap, menjelaskan bahwa penggunaan biji sebagai benih merupakan rekomendasi dinas kepada para petani bawang merah Cilacap. “Dengan inovasi biji ini, biaya pembelian benih lebih terjangkau,” ujar Mahbub.
Menurutnya, salah satu kendala utama yang dihadapi petani bawang merah adalah tingginya harga benih umbi, yang bisa mencapai Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu per kilogram. Untuk menanami lahan seluas satu hektare, petani membutuhkan 1-1,5 ton benih umbi, dengan total biaya mencapai Rp 50 juta. Namun, dengan metode TSS, petani hanya membutuhkan 2-3 kilogram benih per hektare dengan biaya sekitar Rp 12 juta.
“Harga bawang merah saat ini berkisar Rp 15 ribu hingga Rp 17 ribu per kilogram. Dengan biaya produksi sekitar Rp 70 juta per hektare, hasil panen yang bisa mencapai 20-25 ton per hektare dapat menghasilkan omset hingga Rp 300 juta,” terang Mahbub.
Salah satu contoh sukses penerapan TSS adalah di lahan milik Priyono, petani bawang merah di Karanganyar. Hasil ubinan di lahannya mencapai 30 ton basah per hektare, yang setelah dikeringkan menjadi 25 ton. Bawang merah yang dibudidayakan menggunakan TSS dinilai lebih tahan terhadap hama penyakit dan ketersediaan benih selalu ada dengan harga terjangkau.
Salah satu keunggulan TSS adalah fleksibilitas dalam masa panen. “Pada umur 60 hari, tanaman belum roboh sehingga petani tidak harus terburu-buru memanen. Jika harga di pasar sedang turun, masa panen bisa ditunda hingga 20 hari untuk mendapatkan harga yang lebih baik,” kata Mahbub.
Pengembangan budidaya bawang merah di Cilacap terus meluas, dengan produksi pada tahun 2023 mencapai 9.511,20 kuintal dari luas lahan 113,53 hektare. Selain di Karanganyar, pengembangan juga dilakukan di Desa Buton, Kecamatan Adipala, dan direncanakan akan diperluas ke wilayah Cilacap Barat.
Bantuan dari APBD II Provinsi Jawa Tengah turut mendorong pengembangan bawang merah di Cilacap, dengan dukungan berupa benih, alat semai (MOF), tray semai, dan media tanam, serta pembenahan tanah asam sulfat dan plastik UV.
Priyono, Sekretaris Kelompok Tani (Poktan) Rukun Tani Desa Karanganyar, menambahkan bahwa teknik penyemaian menggunakan tray dan rumah bibit dengan atap plastik UV berhasil meningkatkan kualitas pertumbuhan bibit. “Dengan alat semai Manufer Of Farmer (MOF), bibit lebih seragam dan sehat, sehingga produktivitasnya juga meningkat,” ungkapnya.
Budidaya bawang merah di Desa Karanganyar telah berlangsung sejak 2018. Priyono dan kelompok taninya terus berinovasi untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas panen. Alat MOF yang mereka kembangkan memungkinkan penyemaian bibit yang lebih efisien, sehingga bibit bisa dipindah tanam pada umur 30-40 hari, dan bawang merah bisa dipanen pada umur 70-80 hari.
Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Adipala, Rina Tri Astuti, didampingi Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Wilayah Desa Karanganyar, Weni Supiastuti, menyatakan dukungannya kepada petani. “Kami selalu siap mendampingi petani untuk mencapai hasil pertanian yang baik,” tegasnya.
Panen Raya bawang merah yang diadakan pada Rabu (25/09/2024) di Desa Karanganyar, Kecamatan Adipala, menjadi bukti bahwa inovasi TSS mampu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani bawang merah di Cilacap.
Reporter : Wasis
Baca juga
Panen Anggur Lokal, Titiek Soeharto : Kualitasnya Tidak Kalah Dengan Import
Perdana, Sinjai Gelar Kontes Bonsai Tingkat Nasional
Kapolres Sidrap Tinjau Pekarangan Pangan Bergizi di Desa Bina Baru