Sinar Tani, Temanggung — Tekat Yuwono, S.PKP, kembalikan kejayaan kelengkeng di daerahnya berbuah manis. Dengan 120 pohon kelengkeng New Kristal miliknya, pensiunan 62 tahun ini bisa terus ceria dengan pendapatan tidak kurang dari Rp 20 juta per bulannya. Hal tersebut tidak lepas dari kepiawaiannya merekayasa dan mengatur agar tanaman kelengkeng bisa berbuah sesuai keinginan.
Bermula dari keprihatinan Yuwono atas kondisi tanaman kelengkeng yang dulu menjadi primadona sejalan dengan kejayaan pasar buah Pingit. Pasar yang terletak di tepi jalan raya Semarang-Magelang-Yogyakarta ini terkenal dengan dagangan buah kelengkeng yang melimpah.
Pada masa itu ribuan pohon kelengkeng lokal dibudidayakan petani. Meluas di desa-desa pegunungan medium ini, baik yang masuk kabupaten Temanggung maupun yang masuk kabupaten Semarang.
Namun kejayaan tanaman kelengkeng lokal telah lewat. Seiring dengan meredupnya nama pasar buah “Pingit”. Petani beramai-ramai menebang tanaman kelengkeng yang rata-rata telah tua. Kayu kelengkeng laku dijual sebagai bahan bangunan dan mebel. Akar tanaman kelengkeng banyak dijajakan, dengan diletakkan terbalik, ditepi jalan.
Alasan mereka, tanaman kelengkeng varitas lokal warisan, sudah tua dan sudah tidak memberi keuntungan yang layak lagi. Produktifitas kelengkeng varitas lokal rendah, buah keci-kecil, daging tipis dan rasa kurang manis.
Ditambah kesulitan pemeliharaan tanaman, misalnya pekerjaan penyemprotan, pemberongsongan (pembukusan) buah, juga dalam proses pemanenan. Karena tanaman telah tumbuh besar dan tinggi..
Bercita-cita mengembalikan kejayaan tanaman kelengkeng Yuwono kemudian mendalami teknologi budidaya dan agribisnis tanaman kelengkeng. Sebab dia yakin bahwa tanaman bernama mentereng “Dimocarpus longan Lour” ini sangat cocok di daerahnya yang mempunyai ketinggian 680 meter dpl.
Berbagai literatur dan video dari medsos tentang kelengkeng dilalap habis. Tak segan pula Yuwono berkonsultasi dengan seorang dosen IPB kenalannya. Terakhir yang kemudian membulatkan tekad untuk mencoba menanam kelengkeng, adalah ketika tahun 2019, menjelang purna tugas, dia berkesempatan mengikuti pelatihan “ Budidaya Kelengkeng New Kristal ” di Bapeltan Soropadan selama 5 hari.
Setelah merasa bekal teori sudah cukup, serta didukung isteri dan puteranya, pada tahun 2020 Yuwono mulai menanam Kelengkeng New Kristal sebanyak 50 batang di kebun dekat rumah. Ternyata tanaman kelengkeng dapat tumbuh subur, sehat dan cukup memuaskan. Sehingga pada tahun 2021 Yuwono menambah lagi tanaman kelengkengnya menjadi 120 pohon.
Menurut teori yang didapat, pada tahun ke 3, apabila kondisi normal dan sehat, maka tanaman kelengkeng telah siap untuk dibuahkan. Sehingga mulailah Yuwono mempraktikkan ilmu booster untuk membuahkan tanaman kelengkeng.
” Tanaman kelengkeng didataran medium, umur 3 tahun mulai dibuahkan, di dataran rendah malah umur 2,5 tahun tanaman kelengkeng sudah dapat mulai dibuahkan” ujarnya.
Aplikasi booster dapat mempengaruhi tanaman untuk segera berbunga. Sehingga masa panen dapat diatur sesuai kebutuhan pasar. “ Namun harus hati-hati dan tepat, kalau ceroboh, salah-salah justru mengakibatkan tanaman mati sengsara” kata Yuwono.
Petani anggota “Persatuan Petani Kelengkeng Nasional” ini memelihara tanaman kelengkeng dengan cermat. Dia menerapkan teknik pemangkasan tanaman, meliputi pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan.
Pemupukan memakai pupuk kandang yang difermentasi dilakukan setiap 6 bulan dan pupuk NPK setiap 2 bulan. Dosis mengikuti pertumbuhan tanaman.
Dengan perawatan dan pemeliharaan yang baik serta booster yang tepat, berdasar pengalaman di lapangan, Yuwono dapat memberi gambaran hasil panen sebagai berikut,
Pada panen perdana umur 3 tahun produksi antara 10 – 15 kg per pohon, pada panen ke dua, umur 4 tahun, produksi antara 30 – 40 kg per pohon. Sedangkan pada panen ke tiga, umur 5 tahun produksi rata-rata 60 kg per pohon, pada panen ke 4 biasanya telah mencapai 75 – 100 kg per pohon.
Produksi selanjutnya tergantung perawatan dan kemauan petani. Apabila petani ingin kemudahan dalam pemeliharaan maupun panen, tanaman dapat dijaga agar tetap rendah, dengan produksi rata-rata 100-150 kg per pohon.
“Saya mematok angka produksi tersebut adalah pada level terendah, dengan pemeliharaan prima, angka produksi dapat mencapai dua kali lipat” terang Yuwono.
Harga buah kelengkeng ditingkat petani Rp 30.000 per kg. Kemudian bertingkat-tingkat sesuai kualitas buah. Buah kualitas Super laku Rp 50.000,- per kg. “ Kami disini kekurangan barang untuk melayani permintaan pasar “ kata Yuwono “ Ada pedagang pengumpul yang minta disetrori 5 ton per minggu. Terus terang kami masih kuwalahan” pungkas Yuwono.
reporter : Djoko W
NFA Pastikan Anggur Shine Muscat Impor Aman, Masyarakat Diimbau Prioritaskan Buah Lokal
Flower Arrangement Trends 2025, Bangkitkan Kecantikan Bunga Lokal Indonesia
Dukung Pengendalian Inflasi, Petani Soppeng Sulap Lahan Ekstrim Jadi Kebun Cabai