Sinar Tani, Jakarta — Ditengah berbagai permasalahan yang dihadapi Perkebunan Sawit Rakyat, hilirisasi menjadi jawaban untuk meningkatkan perekonomian petani sawit. Karena itu berbagai upaya untuk mendorong hilirasi terus dilakukan agar tercapai kesejahteraan para petani sawit rakyat di Indonesia.
Tidak bisa dipungkiri kelapa sawit menjadi salah satu komoditas perkebunan yang memliki peran vital di tanah air. Diungkapkan Peneliti BRIN, Delima Hasri Azahari, Sawit merupakan Indutri padat karya yang merupakan penunjang devisa tanah air dengan nilai ekspor terbesar mencapai Rp 451,8 Triliun.
Selain itu kelapa sawit juga merupakan sekotr yang menyerap tenaga kerja besar mencapai 4,2 juta lapangan kerja langsung dan 12 juta lapangan kerja tidak langsung.
“Bahkan pada saat covid, sawit masih bisa bertahan dan memiliki kekuatan sehingga kami menyebut kelapa sawit sebagai lokomotif Ekonomicovid,” ungkapnya.
Kedikdayaan kelapa sawit tidak lepas dari peran perkebunan sawit rakyat. Menurut Delima hampir separuh dari perkebunan sawit di Indonesia merupakan perkebunan petani swadaya. 41% perkebunan petani atau sekitar 6,72 juta hektar kebun sawit tersebar di setiap pulai di Indonesia.
Namun begitu, Delima mencatat ada beberapa kendala atau tantangan yang harus diselesaikan Peteni Sawit Rakyat. Mulai dari rantai pasok yang Panjang dari TBS ke PKS, akses terbatas pada dukungan pendanaan, infrastruktur perkebunan yang kurang memadai, pengetahuan pekebun terhadap GAP yang masih kurang.
Selain itu produksi rendah dan bibit awal yang ilegitim, kurangnya akses ke produsen bibit legitim di masa peremajaan kebun, persediaan yang terbatas dan harga pupuk yang volatif hingga akses teknologi terkini pada prakti k perkebunan sawit yang masih kurang.
Karena itu Delima perpendapat bahwa perlunya menjaga kejayaan sawit Indonesia dengan memberikan prioritas pada pengembangan hilirisasi sawit rakyat.
“Program Indonesia Emas 2045 (100 Tahun Indonesia Merdeka) dapat dicapai melalui Pertumbuhan Ekonomi Berbasis kegiatan Produktif yang berkualitas sebagai Penggerak Kemajuan Bangsa yang Kokoh,” ungkapnya.
Delima menambahkan khusus untuk sektor hilir pengolahan, Pemerintah telah mempunyai strategi jangka Panjang dan seperangkat kebijakan operasional dengan tema besar Hilirisasi Industri. Indonesia sebagai negara dengan Tingkat Produksi dan Konsumsi Minyak sawit dunia terbesar di Dunia berpotensi menjadi Price Setter konstelasi Minyak nabati dunia.
Sementara itu Peneliti Ahli Utama BRIN, Sahat M. Pasaribu mengatakan bahwa pembiayaan/invstasi merupakan salah satu kendala dalam pengelolaan sawit rakyat berkelanjutan. Ia mencontohkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang tidak selalu mudah untuk diakses sehingga banyak petani yang bergantung pada modal sendiri atau Pelepas uang.
Karena itu Sahat mengatakan pembiayaan usaha pertanian oleh Off-taker seperti LKMA, Koperasi, BUMP, BUMDES, CV, PT, dll. Skema pembiayaan untuk sawit rakyat dengan syarat diantaranya kelembagaan ekonomi yang berkedudukan di perdesaan dapat bekerjasama dengan UKP sesuai amanat UU No. 19/2013. Kelembagaan ekonomi, berbentuk Koperasi/LKM-A BUMP/BUMDES/CV/PT dll dibawah pengendalian Off-taker, Gapoktan, dll.
Selain itu Kelembagaan ekonom/Off-taker mengembangkan usaha dengan kreatifitas sendiri, menghimpun dana/modal usaha secara inklusif dan Off-taker bersama petani melakukan kegiatan ekonomi sesuai amanat UU No. 81/2020 dan beraktivitas mengikuti pola kemitraan (peremajaan sawit).
Dalam skema pembiayaan sawit rakyat, Gapoktan sebagai unit terkecil bekerjasama dengan Off-taker baik itu individu, koperasi, lembaga keuangan, BUMP/BUMDES/CV/PT, dan lain-lain. Off-taker berinisiatif membangun kemitraan ekonomi dengan berbagai kalangan dan memiliki akses ke sumber-sumber pembiayaan (dengan bunga rendah) dan memperoleh fasilitasi/dukungan regulasi
Disisi lain, petani meningkatkan kapasitas dan kinerja usaha tani dengan inovasi dan adaptasi teknologi. Pemangku kepentingan memiliki informasi yang sama dan membuka akses pada investasi dan pembiayaan peningkatan daya saing sawit rakyat dan Pemerintah daerah berinisiatif mendorong pengelolaan perkebunan/sawit rakyat secara berkelanjutan.
Ketua Umum DPP Apkasindo, Gulat ME Manurung mengatakan hilirisasi sawit rakyat menjadi jalan untuk menuju ketahanan ekonomi Indonesia.
“ Prioritas bagi Indonesia saat ini adalah mendorong sekuat tenaga dan perlindungan melalui kebijakan pemerintah untuk mendorong agar petani sawit bisa masuk ke hilir sawit,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Gulat menyampaikan bahwa mendorong Petani sawit ke sektor hilir sudah merupakan salah satu cara menempatkan sawit Indonesia lebih kokoh dan berkelanjutan.
Kesejahteraan petani sawit akan meningkat signifikan jika Petani sawit masuk kesisi hilir karena petani sawit akan mendapat penambahan pendapatan rumah tangga dan akan terjadi persaingan harga TBS petani.
Dari Ladang ke Gudang, Perjalanan Panjang Tembakau Berkualitas
Sinjai Kembangkan Kopi Arabika, 100 Ribu Bibit Diserahkan ke Petani
Tembakau Berkelas, Inovasi Petani Temanggung