Sinar Tani, Bandung — Asia Small Tea Growers Conference 2023 digelar di Bandung, Jawa Barat, Dalam kegiatan tahunan ke 3 yang diselenggarakan Asia Tea Alliance (ATA) ini dikeluarkan lima rencana aksi bagi industri teh berkelanjutan dan sejahtera.
Asia Small Tea Growers Conference 2023 merupakan pertemuan rutin yang menjadi sarana bagi negara-negara penghasil teh terbaik di Asia untuk berbagai pengetahuan, membangun jaringan dan kolaborasi untuk menciptakan sektor teh Asia yang lebih kompetitif dan berkelanjutan, serta meningkatkan kondisi kerja serta taraf hidup pekerja di sektor teh.
Dalam kegiatan tersebut Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki mengatakan konferensi ini sesuai dengan tujuan dari Kementerian Koperasi dan UKM yaitu mendukung pengembangan UMKM melalui pendekatan komoditas.
“Data BPS 2022 sektor menunjukkan komoditi teh termasuk subsector unggulan perkebunan yang berkontribusi dalam pereknomian nasioanl yang menyumbang devisa negara dengan kinerja ekspor 140 juta us dolar tahun 2021.”
Namun lebih lanjut Teten mengatakan bahwa dengan adanya penurunan produksi teh dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 5.72% maka Kementerian Koperasi dan UMKM berfokus pada beberap hal seperti peningkatan peran UMKM berdasarkan sektor komoditas dan mengembangkan model bisnis hilirasi untuk meningkatan peran UMKM dalam rantai pasok global.
“Kami telah melakukan berbagai intervensi kebijakan baik dari sisi hulu maupun hilir seperti pendampingan, peningkatan produktiftas dan akses pembiayaan. Sedangkan dari hilir dilakukan kan perluasan akses pasar dalam dan luar negeri serta memperluas kemitraan baik dengan BUMN maupun swasta.
Sementara itu Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan walaupun konsumsi teh di Indonesia masih 0,4 kg/kapita namun semangat untuk membangun teh di Indonesia harus ditingkatkan.
“Keberadaaan kebun teh di sekitar Jakarta menjadi hal penting karena sebagai penyangga dan solusi untuk menjawab cepatnya perubahan iklim yang disebabkan polusi. Dengan menjaga keberadaan pekebunan teh kita bisa mempertahankan tingkat polusi yang semakin besar.” tambahnya,
Selain itu Musdhalifa juga mengatakan untuk meningkatkan nilai jual teh tanah air, salah satunya yang bisa dilakukan pada hilirasi dengan membuat teh ready to drink.
Dalam menjaga dan meningkatkan produktifitas teh tanah air, Kementerian Pertanian melakukan berbagai langkah strategis. Diungkapkan Kepala Subdirektorat Pemasaran Hasil Perkebunan Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Normansyah Hidayat Syahruddin berbagai langkah tersebut adalah mendukung penyediaan benih unggul bagi petani kecil dalam kegiatan peremajaan dan rehabilitasi guna meningkatkan produksi.
Penetapan pengembangan kawasan berbasis komoditas tanaman perkebunan, peningkatan produksi dan produktivitas teh dengan Penanaman kembali dan rehabilitasi tanaman teh dengan bantuan benih, pupuk dan sarana produksi lainnya, Intensifikasi tanaman teh dengan bantuan pupuk juga pengembangan agrowisata berbasis teh.
“Selain itu kita juga meningkatkan nilai tambah produk melalui penyediaan peralatan pasca panen dan pengolahan, penguatan Kelembagaan Petani dan kemampuan SDM, pengendalian organisme pengganggu tanaman teh melalui mekanisme pengendalian hama terpadu hingga dukungan untuk skema pembiayaan petani melalui KUR” ujarnya.
Langkah lain yang juga dilakukan Kementan menurut Normansyah yaitu penguatan dan konsistensi mutu produk dan sertifikasi, melakukan Inovasi, Penelitian dan Pengembangan juga peningkatan akses pasar, promosi perdagangan dan diplomasi.
Melihat industry teh yang saat ini berjuang melawan/mengatasi meningkatkanya dampak perubahan iklim, harga yang stagnan, biaya tenaga kerja dan input yang tinggi, pasokan berlebih, tingginya biaya transkasi dan tantangan terkait harga yang adil, ATA mengeluarkan lima rencana aksi untuk mewujudkan industry teh berkelanjutan dan sejahtera.
Yaitu mempromosikan konsumsi berkelanjutan yang bertujuan meningkatkan konsumsi global teh hijau dan teh hitam, antaralain melalui kegiatan bersama dan edukasi konsumen. Aksi kesatuan kebijakan dan hukum yaitu berkolaborasi dengan pemerintah dan otoritas yang berwenang untuk membuat lingkungan kebijakan dan hukum yang mendukung, menyatukan tujuan bisnis industry the dengan tujuan kebijakan publik.
Aksi produksi dan reduksi karbon dengan mengembangkan pendekatan terkoordinasi bagi produsen teh Asia untuk menemukan beragam teknologi produksi dan reduksi karbon, memastikan harga adil bagi skema karbon baik insetting maupun offsetting. Aksi kolaborasi ilmiah dengan menginisiasi kemitraan ilmiah pada level Asia untuk mempercepat perbaikan genetic teh yang akan mendukung pengembangan beragam varietas yang resilien untuk mengatasi perubahan iklim.
Aksi lain ialah dukungan komprehensif dengan menyediakan asistensi bagi anggota dan non anggota terkait kualitas, teknis, keuangan, pasar dan isu bisnis lainnya di negara-negara penghasil teh, dan jika sesuai pada level global.
Dalam kegiatan ini, Ketua ATA Nayantara Pal Chaudhary mengatakan sementara permintaan konsumen akan teh yang diproduksi secara etis meningkat, keberlanjutan ekonomi bagi produsen teh seringkali diabaikan.
“Produsen dibebani oleh beragam upaya terkait kelestarian lingkungan, peningkatan produktivitas, keterlusuran dan tanggung jawab sosial, beragam tugas yang mensyaratkan lebih banyak tenaga kerja, kapital dan pelaporan.” Tambahnya.
Sementara itu Ketua Dewan Teh Indonesia, Rachmad Gunadi mengaku aliasi mempercepat inovasi dan pertumbuhan ekonomi, mempromosikan praktek-praktek keberlanjutan yang selaras dengan standar internasional, serta menentukan arah bagi industry teh yang lebih resilien, setara dan sejahtera yang bermanfaat bagi semua pihak.
Pada kesempatan yang sama Solidaridad yang merupakan organisasi masyarakat sipil global dan convener ATA yang netral, ingin membuat perubahan transformatif bagi komoditas teh.
Karena itu Direktur Pengelola Solidaridad, Shatadru Chattopadhaya menekankan adanya potensi untuk meningkatkan pendapatan tambahan melalui kredit karbon menyatakan hal berikut.
“Rantai pasok yang positif karbon merupakan narasi keberlanjutan baru, harga adil bagi layanan ekosistem yang disediakan oleh petani teh kecil dapat terus berlanjut.” Ungkapnya.
Dalam rangkaian kegiatan Asia Small Tea Growers Conference 2023 yang digelar 23 & 24 Agustus 2023 para delegasi ATA yang mewakili negara China, Indonesia, India, Nepal dan Srilanka juga mengunjungi produsen teh yang tegabung dalam Paguyuban Tani Lestari.
Dari Ladang ke Gudang, Perjalanan Panjang Tembakau Berkualitas
Sinjai Kembangkan Kopi Arabika, 100 Ribu Bibit Diserahkan ke Petani
Tembakau Berkelas, Inovasi Petani Temanggung