Sinar Tani, Jakarta — Peran petani sawit rakyat dalam industry sawit tanah air tidak bisa dipadnang sebelah mata. Dengan luasan lahan mencapai 41% dari total 16,5 juta hektar perkebunan sawit di Indonesia, sudah saatnya petani sawit di ajak untuk membangun Industri sawit berkelanjutan.
“Dari 16, 5 juta hektar lahan sawit di Indonesia, 41% adalah smallholders dan ini bukan jumlah yang kecil. Masa depan indutri sawit Indoneis kedepan itu berada pada smallholders /petani,” ungkap Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Tofan Mahdi.
Namun dari luasan kebun sawit rakyat yang ada saat ini, menurut Taufan produksi sawit rakyat masih sangat rendah.
“Dari luasan 41%, sumbangan sawit rakyat masih sangat kecil yaitu masih sekitar 23-24%,” ungkapnya.
Taufan menjelaskan tantangan industri sawit tanah air ada 2, yang pertama adalah domestik dan kedua global. Untuk tantangan domestic tentunya yang pertama adalah produktifitas yang rendah. Selain itu ada biaya produksi yang semakin mahal, kemudian ada tantangan terkait regulasi Pemerintah dengan perusahaan besar dan petani.
“Tantangan berikutnya adalah pada progress replanting sawit khususnya perkebunan sawit rakyat harapan kita semua bisa lebih cepat karena ini akan merubah profil minyak sawit Indoneisa<’ ungkapnya.
Selain tantangan domestic, tantangan global juga menjadi hal yang perlu dipertimbangkan. Salah satunya adalah tuntutan untuk sustainability yang semakin kencang.
“Karena itu, sustainability sudah menjadi kewajiban bagi pelaku usaha dan petani. Bahkan tahun 2025, Pemerintah menginginkan perkebun sawit rakyat harus ISPO sertificate,” jelasnya.
Tantangan lain yang juga perlu di tidak lanjuti adalah adanya regulasi anti deforestasi dari Eropa. Dan produk sawit tanah ait yang ingin masuk ke Uni Eropa harus lulus uji tuntas.
“Jadi walau sudah punya ISPO pun harus melalui itu, hal tersebut menunjukkan petapa luar biasanya tuntutan sawit kedepam.” Tambahnya.
Sementara itu, Kepala Divisi Perusahaan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Achmad Maulizal mengatakan sangat mendukung sawit berkelanjuta.
Berbagai upaya telah dilakukan intuk mendorong perkebunan sawit swadaya, dimana sejak tahun 2016-2022 kondisi petani sawit swadaya sudah cukup baik, dan TBS menjadi sumber ekonomi mereka.
“Perkebanngan untuk replanting dari 2016-2022 sudah 119.055 petani, dengan dana sekitar 6T dan luas area 2.701,446 ha yang tersebar di beberapa pulau seperti Sumatra, Kalimantan dan lain-lain,” jelasnya.
BPDPKS menurut Mauli terus melakukan berbagai langkah untuk para petani swadaya, terutama pada dimasa tunggu sawit berbuah. Hal tersebut dilakukan agar keekonomian petani sawit terus terjaga.
“Diantaranya yang kami bantu adalah petani bisa bekerja pada perusahaan-perusahaan sawit sehingga bisa mendapatkan pendapatan rutin. Lalu kita dorong kegiatan pembibitan, petani bisa memelihara ayam atau sapi dan yang terakhir dengan UKMK ialah membangun took-toko kecil agar mereka bisa mendapatkan manfaat sebelum kelapa sawit menghasilkan,” jelasnya.
Pada kesempatan yang sama Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Perkebunan Kementerian Perekonomian Moch. Edy Yusuf, menerangkan bahwa pemerintah terus mendorong kebijakan Rencana Aksi Nasional Kelapa Sawit Berkelanjutan (RAN-KSB), yang merupakan amanah regulasi INPRES No. 6 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Tahun 2019-2024.
Ungkap Eddy adanya kebijakan RAN-KSB telah membantu pemerintah untuk menyusun tata kelola kelapa sawit yang lebih baik, penerapan dari regulasi itu diantaranya dengan melakukan pelatihan dan training kepada pelaku sawit utamanya petani dalam menerapkan budidaya sawit yang ramah lingkungan.
“Pemerintah daerah akan terus didorong untuk semakin membudidayakan kelapa sawit berkelanjutan, dan itu akan membantu keberlanjutan lingkungan untuk generasi yang akan datang.,” jelasnya.
Sekjen Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS), Mansuetus Darto, mengatakan masa depan sawit Indonesia berada di tangan petani sawit rakyat. Karena itu sebagai organisasi kelapa sawit, SPKS terusa melakukan terusa melakukan bagai kegiatan di berbagai tempat untuk lebih meningkatkan peran petani swadaya.
Petani swadaya juga mendukung berbagai kebijakan yang diterapkan Pemerintah, seperti misalnya ISPO maupun RSPO. Bahkan, Darto mengatakan saat ini koperasi petani sawit swadaya sudah ada yang telah memiliki sertifikasi berkelanjutan baik itu ISPO maupun RSPO.
Reporter : Herman
Demfarm Tembakau Candisari, Bimbing Petani Lebih Mandiri
Teh Artisan, Inovasi Teh Premium Lokal yang Tembus Pasar Internasional
Potensi Bisnis Olahan Perkebunan, Bungaran Saragih Dorong Generasi Muda Manfaatkan Pasar Dalam Negeri