Sinar Tani, Temanggung — Para petani tembakau di Temanggung, Jawa Tengah, kini semakin sadar pentingnya meningkatkan kualitas hasil panen mereka. Tidak hanya mengejar kuantitas, mereka juga berusaha untuk memperoleh tembakau dengan grade yang lebih tinggi agar dapat dijual dengan harga yang lebih baik.
Namun, penentuan grade dan harga masih menjadi hak prerogatif para pembeli atau greeder, yang seringkali memunculkan tantangan tersendiri bagi petani.
Salah satu langkah awal yang dilakukan para petani untuk mencapai kualitas tinggi adalah dengan memilih varietas tembakau yang paling cocok, baik untuk lahan mereka maupun untuk memenuhi permintaan pasar.
Di Temanggung, distribusi varietas tembakau berbeda-beda di setiap daerah sentra. Misalnya, di sentra Lamuk, seluruh tembakau yang ditanam adalah varietas Kemloko, sedangkan di sentra Tiongang, 60% varietas Kemloko dan 40% varietas Gober Boyolali. Begitu pula di sentra-sentra lain, setiap daerah menanam kombinasi varietas yang berbeda.
Tak hanya soal varietas, petani maju juga menerapkan pemupukan berimbang untuk menjaga kualitas tanaman. Mereka mengombinasikan pupuk organik dan mineral, serta menghindari penggunaan pupuk yang mengandung klor seperti KCl, yang diketahui dapat menurunkan mutu daun tembakau.
Tri Istanto, salah satu petani tembakau maju dari Desa Candisari, Temanggung, menjelaskan pentingnya pemupukan yang tepat.
“Kami menggunakan pupuk organik sebanyak 20 ton per hektare, ditambah dengan kapur dolomit, NPK Fertila, KNO3, ZA, serta Trichoderma dan Asam Humat,” ujar Tri.
Ia menambahkan bahwa petani tembakau di daerahnya juga menghindari pupuk urea karena dapat menghasilkan daun tembakau yang kurang berkualitas.
Proses panen juga menjadi kunci untuk mendapatkan tembakau dengan grade tinggi. Menurut Tri, pemetikan daun dilakukan bertahap, mulai dari daun paling bawah hingga daun paling atas yang dikenal dengan sebutan protolan. Daun protolan ini, kata Tri, adalah yang paling mahal karena bentuknya rata dan tebal.
“Pemetikan dimulai pada usia 65-70 hari setelah tanam, tergantung varietas dan kondisi tanaman. Dimulai dari daun krosok atau dendeng, kemudian seminggu setelahnya daun kuningan, dan seterusnya sampai memetik daun protolan yang merupakan daun terbaik,” jelasnya.
Namun, tantangan lain yang dihadapi petani adalah faktor cuaca. Gunadi, SP, koordinator BPP Bansari, Temanggung, menekankan pentingnya kondisi cuaca dalam mempengaruhi kualitas tembakau. “Pada fase vegetatif, tembakau memang butuh air. Tapi setelah pothel atau pemangkasan pucuk, lahan harus kering,” jelasnya.
Gunadi juga menjelaskan bahwa cuaca yang kering sangat dibutuhkan saat pengolahan daun tembakau. “Daun yang sudah dirajang harus segera dijemur selama satu hari. Jika tertunda, kualitas tembakau akan terpengaruh,” tambahnya.
Dengan berbagai upaya ini, para petani tembakau di Temanggung berharap dapat terus meningkatkan kualitas hasil panen mereka dan mendapatkan harga yang lebih baik di pasaran. Mereka tidak hanya berfokus pada kuantitas, tetapi juga berinovasi agar tembakau yang dihasilkan dapat bersaing di pasar yang semakin kompetitif.
Reporter : Djoko W
Dari Ladang ke Gudang, Perjalanan Panjang Tembakau Berkualitas
Sinjai Kembangkan Kopi Arabika, 100 Ribu Bibit Diserahkan ke Petani
Wamentan Tegaskan Pentingnya Peningkatan Produktivitas Sawit Hingga 17 Ton per Hektare dan Penguatan Hilirisasi