Sinar Tani, Jakarta— Kementerian Pertanian telah memperkenalkan metode Siscrop dalam menghitung standing crop dan produksi padi nasional. Dengan teknologi tersebut produksi padi hingga Maret dipastikan surplus hingga 3 juta ton beras.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, dari data Siscrop saat ini kondisi pertanaman padi, baik luas tanam panen menunjukkan sangat baik. Jika melihat perbandingan data KSA dari BPS dan Siscrop terlihat hampir sama.
Misalnya tahun 2022, data KSA BPS menujukkan luas panen mencapai 10,54 juta hektar (ha), produksi padi 55,36 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setar 31,90 juta ton beras. Hasil Siscrop luas panen sebanayk 10,74 juta ha, produksi 65,39 juta ton GKG atau 37,67 juta ton beras.
Sementara data KSA tahun 2023, luas panen sampai Mei sekitar 3,48 juta ha, produksi 18,48 juta ton GKG atau 10,64 juta ton beras. Sedangkan hasil Siscrop, luas panen 4,42 juta ha dengan produksi 25,52 juta ton GKG atau 14,70 juta ton beras.
Data Siscrop luas panen Januari sebesar 1,28 juta ha dengan produksi 4,10 juta ton beras, Februari luas panen 1,32 juta ha (produksi 4,23 juta ton) dan Maret luas panen 691.835 ha (produksi 2,21 juta ton beras).
”Jika kita hitung sampai Maret saja, luas panen mencapai 3,2 juta ha dengan produksi 10,5 juta ton beras. Artinya, kalau konsumsi tiap bulan 2,5 juta ton, maka dalam tiga bulan ada kebutuhan sebanyak 7,5 juta ton. Jadi produksi kita tiga bulan ini akan surplus hingga 3 juta ton,” tutur SYL usai berdialog dengan Kepala Dinas Pertanian di Ditjen Tanaman Pangan, Selasa (31/1).
Berdasarkan informasi dari daerah menurut SYL juga menunjukkan data di lapangan kondisi pertanaman tahun 2023 cukup baik. Informasi Dinas Pertanian Kalimantan Barat, selama periode Oktober-Desember luas tanam 172. 179 ha, panen Januari-Maret 160.719 ha. Dengan produksi Januari-Maert 483 ribu ton GKG atau setara 113 ribu ton beras. Jika konsumsi 133.776 ton beras, di Kalimanta Barat akan ada surplus 183.878 ton beras.
Dinas Pertanian Sumatera Selatan juga memberikan informasi produksi beras tahun 2022 sebanyak 1,6 juta ton, dengan konsumsi sekitar 685 ribu ton akan ada surplus sekitar 861 ribu ton. Sedangkan pada tahun 2023, luas panen diperkirakan sebanyak 196.670 ha dengan produksi 132.173 ton Sampai Maret diprediksi produksi beras Sumsel akan surplus.
Sementara itu Kepala Dinas Pertanian Jatim, Hadi Sulistyo mengatakan, produksi beras di Jawa Timur tahun 2023 hingga Maret sebanyak 2,3 juta ton. Diprediksi smapai Juni targetnya sebanyak 6,1 juta ton GKG atau setara 3,9 juta ton beras. Dengan konsumsi sebanyak 1,5 juta ton, diperkirakan akan ada suprlus 2,3 juta ton beras.
Dengan stok yang saat ini masih ada di stok didistrobutor, retail dan masyarakat, Hadi memperkirakan kebutuhan beras pada Februari ini masih cukup. Maret juga kita akan panen 1.3 juta ha, April 2,2 juta ha dan Mei 1,1 juta ha. Artinya sampai Juni masih surplus. Mudah mudah tidak ada kendala di Februari. “Jadi kami berharap beras impor jangan masuk di Jawa Timur agar saat panen raya tidak terganggu beras impor,” pintanya.
Siscrop Lebih Efisien
Pada kesempatan itu, SYL juga menilai pentingnya data yang akurat, karena akan mempengaruhi, bahkan menjadi pondasi keberhasilan sebuah kebijakan, sehingga data yang ada harus akurat. Dengan demikian dalam membuat kebijakan akan logis sesuai dengan fakta yang ada.
Untuk itu ia meminta agar tidak ada yang merekayasa data. “Kalau ada yang mengakrobatikkan data dan ditambah, itu namanya kita bunuh diri. Jadi data tidak boleh direkayasa. Kalau ada yang lebihi data, bodohi kita. Jangan main-mainkan data. Kalau memang gagal, kita harus bilang gagal. Apalagi soal beras, ” kata SYL saat berkunjung ke BSIP, Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (31/2).
SYL mengatakan, metode siscrop yang saat ini dikembangkan BSIP ternyata lebih efektif, efisien, ril time, bahkan murah. Sehingga dalam menganalisa data juga akan lebih mudah. Bahkan data bisa tercatat hingga kecamatan.
Kelebihan lain menhitung data secara digital (Siscrop) menurut SYL adalah bisa terlihat potret data lahan sebenarnya. Misalnya, data tanaman yang masih tahap vegetitf 1, vegetatif 2 dan 3, termasuk lahan yang siap panen atau sedang bera (tidak ditanami petani).
Dengan data hasil Siscrop, SYL menambahkan, pihaknya sudah bisa menggabungkan dengan kondisi ril di lapangan. Bahkan hasil cek digital tersebut, kondisi standing crop lahan dengan resolusi 10 x. 10 meter, data luas tanam dan panen menunjukkan hampir sama dengan BPS.
“Jadi lebih efektif, efisien, setiap waktu bisa dibuka dan lebih mudah menganalisanya. Misalnya untuk melihat wilayah yang sudah kuningan atau siap panen, hijau masih tanam atau merah,” ujarnya.
Reporter : Julian
Jaga Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan, Pemprov Kalsel Gelar Gerakan Pangan Murah
Wilmar Padi Indonesia Optimalkan Lahan Rawa Banyuasin untuk Tingkatkan Produksi Padi
Cetak Sawah 3 Juta Ha, Mentan Minta Dukungan Pengusaha Tionghoa