Sinar Tani, Deli Serdang — Masa panen padi lahan tadah hujan di Deli Serdang telah berakhir akhir April. Di beberapa daerah produksi padi lahan tadah hujan menurun karena dilanda banjir, namun hal tersebut terobati karena harga GKP Rp 4500 – 6500/kg.
Beberapa daerah di Kabupaten Deli Serdang telah melakukan panen. Seperti di Kecamatan galang dan Kecamatan Pagar Merbau yang merupakan wilayah kerja BPP Jaharun Kecamatan Galang. Daerah yang merupakan lumbung pangan di Deli Sedang ini telah melewati masa panen.
Diungkapkan KJF BPP Jaharun, Afiatun Siregar SP, bahwa dengan adanya perubahan pola tanam yang biasanya padi, padi dan palawija atau padi, palawija dan padi yang berubah menjadi IP 4 yaitu pertanaman padi tanpa istrahat, dan melakukan pembibitan didaratan atau tempat lain hal ini nantinya berdampak kepada hama dan penyakit bila tidak terkontrol.
Ditambahkan penyuluh senior di Deli Serdang ini bahwa dengan adanya perubahan IP 4 yang belum merata di masyarakat menyebahkan petani bertanam menurut kemauannya.
“Seperti di Desa Sukamandi Hilir petani bertanam semangka pada MT ini sedangkan Desa Sumberjo sebelahnya sudah bertanam padi IP4 yang sudah 10 HST. Sementara di kecamatan Galang ada yang baru mulai olah tanah bertanam buah Melon dan lain-lain dengan demikian penyuluh dalam aktifitas pendampingan petani menyesuaikan kebutuhan agribisnis petani,” ujarnya.
Sementara di Desa Serdang, Kecamatan Beringin yang memiliki daerah sawah tadah hujan sedang melakukan panen padi pada dua minggu terakhir.
Diungjapkan penyuluh senior di Kecamatan Beringin Dr. Lomo Hutabalian SP.Msi yang juga Ketua Perhiptani Deli Serdang, bahwa Desa Serdang memang baru panen mendapatkan produktifitas 5,5 – 6 ton/ha dengan harga GKP kisaran Rp 5 300 pakai treser dan Rp 5 900 pakai combaint.
Lpmp Hutabarat menyampaikan bahwa pada MT ini produksi menurun karena musim hujan dan pernah mengalami banjir yang menyebabkan padi terendam, sehingga harus diganti dengan bibit yang baru sehingga jadi bertambah umurnya dan anakan juga berkurang per rumpun.
Hal serupa juga disampaikan PPL Faridah Hanum Limbong SP juga terjadi di Desa Mesjid Kecamatan Batang Kuis.
Sementara itu petani di desa Paya Gambar, Atti boru Siregar bersyukur bahwa pada panen ini mendapat kisaran 300 kg per 400 meter (rante) bila dikonversi ke Ha (25 rante) maka diperoleh kisaran 7 ton lebih.
“Tetapi pupuk cukup banyak di berikan walaupun kena banjir, untungnya panen diakhir ini mendapat harga Rp 5 700/kg dengan menggunakan treser, tetapi upah tenaga treser Rp 4000/rante<” ungkapnya.
Atti harapan kepada pemerintah ada penetapan harga yang layak dengan kenyataan harga beras Rp 12000 – Rp 14000/kg kemudian ketersediaan pupuk yang tepat waktu,
Hal senada juga diharapkan PPL Juni Malinda SP, Menurut Juli sebagai Penyuluh PPPK banyak petani terus menanyakan ketersediaan pupuk dan bantuan bibit. Ditambahkannya lahan pertanian perkotaan Kecamatan Batang Kuis dalam 10 tahun belakangan ini sudah tergerus dengan pertambahan penduduk dengan terlihat banyaknya perumahan yang menghabiskan lahan pertanian persawahan.
“Selain itu kiranya pemerintah juga memperhatikan kenaikan tunjangan fungsional yang layak,” ujarnya dengan penuh harap
Reporter : Istansu
Jaga Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan, Pemprov Kalsel Gelar Gerakan Pangan Murah
Wilmar Padi Indonesia Optimalkan Lahan Rawa Banyuasin untuk Tingkatkan Produksi Padi
Cetak Sawah 3 Juta Ha, Mentan Minta Dukungan Pengusaha Tionghoa