Sinar Tani, Jakarta—Dorong peningkatan produksi singkong, Kementerian Pertanian sasar pengembangan di lahan kering. Singkong atau ubi kayu merupakan pangan lokal yang memiliki nilai tambah yang tinggi guna memperkuat ketahanan pangan dalam menghadapi krisis pangan global.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan singkong merupakan salah satu bahan pangan pengganti beras yang cukup penting peranannya dalam menopang ketahanan pangan suatu wilayah. Karena itu, pengembangan ubi kayu sangat penting artinya di dalam upaya penyediaan bahan pangan.
Salah satu potensi yang bisa digarap adalah lahan kering. Data BPS tahun 2019 menunjukkan, terdapat potensi lahan kering seluas 29,35 juta ha. Terdiri dari lahan tegal/kebun seluas 12,39 juta ha, ladang/huma seluas 5,19 juta ha dan lahan sementara tidak diusahakan seluas 11,77 juta ha.
“Lahan-lahan tersebut merupakan potensi yang tersedia untuk pengembangan areal budidaya atau usaha tani ubi kayu,” kata Suwandi.
Di Indonesia sentra produksi singkong tersebar di 8 provinsi, yakni Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan. Saat ini Suwandi mengakui, Indonesia masih kalah dari Thailand, bahkan dari Nigeria.
“Indonesia merupakan negara penghasil singkong terbanyak kelima dunia. Makanya kita kejar produksinya untuk naik kelas,” kata Suwandi saat Bimbingan Teknis dan Sosialisasi Propaktani: Peningkatan Produksi dan Pengolahan Ubi Kayu dalam Mendukung Kemandirian Pangan Lokal, Selasa (19/10).
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Maluku Utara, Muhtar Husen menjelaskan produksi ubi kayu di Maluku Utara pada 2021 sebanyak 58.409 dengan sentra ubi kayu tersebar di Halut, Halsel, Sula, dan Tikep.
Dalam meningkatkan produksi, perlu memakai varietas unggul, penggunaan pupuk organik sebagai sumber hara dan pembenah tanah agar dapat menunjang perkembangan umbi yang optimal. “Dosis rekomendasi dari Balitkabi untuk budidaya ubi kayu adalah sekitar 5 hingga 10 ton pupuk kandang per hektar lahan,” jelasnya.
Perwakilan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kementan, Prov Maluku Utara, Abdul Syukur Syarif mengatakan, perbaikan faktor produksi perlu dilakukan melalui langkah-langkah memperbaiki sistem alur perbenihan ubi kayu dan mendorong pengembangan industri benih.
Kemudian strategi lainnya dengan meningkatkan pengawasan peredaran benih bermutu dan sosialisasi penggunaan benih bermutu kepada petani dan menyempurnakan dan meyusun regulasi harga.
Akademisi Unhas, Erna Rusliana Saleh menuturkan perlunya dorongan penggunaan teknologi tanaman ubi kayu bagi petani masih sebab sentuhan teknologi di tingkat petani masih kurang sehingga produktivitasnya sangat rendah. Karena itu, upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi singkong ini merupakan program yang tepat.
“Petani masih belum melakukan pemupukan. Petani hanya memupuk tanaman padinya saja belum ketanaman yang lain. Dengan sentuhan teknologi dalam budi daya ubi kayu diharapkan dapat meningkatkan produktivitasnya,” tuturnya.
Reporter : Julian
Mentan Amran Bawa Benih, Papua Siap Tingkatkan Panen
Jaga Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan, Pemprov Kalsel Gelar Gerakan Pangan Murah
Wilmar Padi Indonesia Optimalkan Lahan Rawa Banyuasin untuk Tingkatkan Produksi Padi