Sinar Tani, Jakarta — Selain kekhawatiran akan lonjakan harga beras akibat El Nino, kini gula pun terseret dalam drama kenaikan harga dengan naiknya secara diam-diam.
Menyelusuri data terkini dari Bank Dunia hingga September 2023, kita temukan bahwa harga gula mentah global telah melonjak mencapai US$ 0,58 per kilogram, membukukan kenaikan dramatis sebesar 9,8 persen dari bulan sebelumnya dan mencatat lonjakan luar biasa sebesar 48,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya, mencatat rekor dalam satu dekade terakhir.
FAO mengaitkan lonjakan ini dengan munculnya fenomena El Nino, pemanasan suhu laut yang dapat memicu ketidaknormalan cuaca seperti kekeringan dan hujan berlebihan, yang berpotensi mengganggu produksi pertanian secara global.
Menurut laporan World Food Situation edisi September 2023, kenaikan harga gula ini menimbulkan kekhawatiran serius terhadap prospek produksi global.
Harga gula global diprediksi akan terus melambung tinggi dalam beberapa waktu ke depan. Ini disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk produksi tebu yang terbatas di Brazil, negara produsen terbesar di dunia.
Kondisi panen di Brazil saat ini masih mempengaruhi harga gula, sementara pelemahan nilai tukar mata uang Brasil terhadap dolar AS dan harga etanol yang rendah juga berperan dalam menahan kenaikan harga gula di tingkat global.
Situasi ini juga berdampak pada harga gula di dalam negeri. Data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) menunjukkan bahwa harga gula terus meroket, bahkan telah melampaui angka tertinggi pada tahun 2022.
Pada tanggal 5 Oktober 2023, harga gula mencapai Rp 15.900 per kilogram, naik sebesar 5,29 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya Rp 15.100 per kilogram.
Hanya dalam sepekan, harga gula naik dari Rp 15.220 per kilogram pada tanggal 27 September 2023, melampaui acuan yang ditetapkan pemerintah. Hal ini mencerminkan kondisi yang semakin memprihatinkan di pasar gula nasional.
Berdasarkan data rata-rata bulanan nasional, harga gula mencapai puncak tertinggi di tahun 2022 sebesar Rp 14.750 per kilogram pada bulan April.
Namun, sejak awal tahun 2023, harga terus mengalami kenaikan hingga mencapai level tertinggi bulanan pada bulan Oktober 2023, yaitu Rp 15.350 per kilogram.
Impor Gula
Indonesia masih bergantung pada impor gula meskipun konsumsi gula di dalam negeri telah turun. Berdasarkan laporan Outlook Komoditas Perkebunan Tebu 2022 dari Kementerian Pertanian, data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa konsumsi gula langsung di rumah tangga di Indonesia selama 2002-2021 mengalami penurunan rata-rata sekitar 1,83 persen per tahun.
Pada tahun 2002, konsumsi gula per kapita mencapai 9,203 kg dan berkurang menjadi 5,8556 kg pada tahun 2021. Penurunan ini dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat akan risiko kesehatan akibat konsumsi gula berlebihan.
Selama periode tersebut, puncak penurunan konsumsi gula terjadi pada tahun 2012, menciptakan perbedaan signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia telah mengimpor sekitar 3,5 juta ton gula selama periode Januari-Agustus 2023. Mayoritas impor gula ini berasal dari Thailand, mencapai 2,1 juta ton atau sekitar 60,63 persen dari total impor gula nasional.
Negara asal impor gula terbesar berikutnya adalah Australia, yang menyumbang sebanyak 551 ribu ton atau sekitar 15,89 persen.
Diikuti oleh Brasil dengan 500 ribu ton (14,43 persen) dan India dengan 308 ribu ton (8,9 persen). Sementara itu, impor gula dari negara-negara lain hanya sekitar 5 ribu ton atau sekitar 0,15 persen
Indonesia bahkan diakui sebagai salah satu negara importir gula terbesar di dunia, baik untuk konsumsi maupun industri.
Untuk mengatasi hal ini, Presiden Joko Widodo telah menetapkan target baru untuk mencapai swasembada gula dan produksi bioetanol dari tebu, sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 40/2023 yang mulai berlaku sejak 16 Juni 2023.
Baca juga
Kejar Target IP 200! Tenaga Ahli Menteri Pertanian Tinjau BP Barito Kuala
Petani Tanah Laut Berjuang Capai IP 200! Mentan Kirim Tim Ahli untuk Evaluasi
Jateng Panen Raya, Target 4,8 Juta Ton Gabah Siap Diserap Bulog