22 April 2025

Sinar Tani

Media Pertanian Terkini

Beranda » Inilah Strategi Pemerintah Kendalikan OPT

Inilah Strategi Pemerintah Kendalikan OPT

Bimtek Menyiasati Ancaman OPT Ditengah Perubahan Iklim yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani, beberapa waktu lalu. | Sumber Foto:Sinta

TABLOIDSINARTANI.COM, Jakarta—Perubahan iklim bukan hanya berdampak pada kejadian banjir dan kekeringan yang panjang, tapi juga membuat berkembangnya hama dan penyakit (organisme pengganggu tumbuhan/OPT). Jika tidak diantisipasi sejak dini, maka bakal mengancam produksi pertanian.

Data Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, rata-rata periode 2008/2009 hingga 2022/2023, jenis OPT yang patut diwaspadai pada musim hujan adalah penggerek batang padi (PBP), tikus, kresek, blast, WBC dan tungro.

Sedangkan pada musim kemarau hama yang masif menyerang tanaman padi adalah tikus, PBP,WBC, kresek, blast dan tungro. (Luas serangan ada dalam data)

Mochammad Nurhidayat, Koordinator Perlindungan Tanaman Serealia mengatakan, pemerintah tahun ini menargetkan bisa mengatasi persoalan OPT terhadap total luas serangan OPT minimal 75,6 persen. Sedangkan rasio luas terkena DPI yang dapat ditangani terhadap total luas terkena DPI minimal 60,6%.

Sesuai dengan UU No. 22 tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Tanaman Berkelanjutan,  pelindungan tanaman dilaksanakan dengan sistem pengendalian hama terpadu serta penanganan dampak perubahan iklim.

“Dalam pelaksanaan, upaya perlindungan tanaman menjadi tanggung jawab masyarakat dan Pemerintah,” katanya saat Bimtek Menyiasati Ancaman OPT Ditengah Perubahan Iklim yang diselenggarakan Tabloid Sinar Tani, beberapa waktu lalu.

Menurut Nurhidayat, iklim menjadi faktor utama yang mempengaruhi hama dan penyakit. Bagaimana dampak perubahan iklim terhadap hama? ia mengungkapkan, diantaranya, perubahan keanekaragaman dan kelimpahan serangga hama, perubahan distribusi geografis serangga hama. “Bisa terjadi hama yang tidak ada menjadi ada atau yang tadinya minor menjadi mayor,” ujarnya.

Tabel 2. Luas Serangan OPT Musim Kemarau (rata-rata 2008/2009 hingga 2022/2023)

 No

 Jenis OPT

  Terkena Serangan (ha)

  Puso (ha)

 1

  Tikus

  990.978

  26.571

 2

  Penggerek Batang Padi

  921.331

  24.571

 3

  WBC

  630.059

  8.547

 4

 Kresek

  421.764

   4.740

 5

 Blast

  254.734

  2.878

 6

 Tungro

  72.192

  1.050

 7

 Kerdil Rumput/Kerdil Hampa

  57.672

  619

Baca Juga :  Ini Strategi NFA Dorong Optimalisasi Serapan Beras Bulog 2023

Selain itu, meningkatnya serangga musim dingin, pertumbuhan populasi hama yang makin cepat karena suhu iklim yang meningkat. Bahkan bisa terjadi peningkatan risiko spesies hama invasif. Untuk itu, Nurhidayat mengingatkan agar mewaspadai El Nino yang diprediksi bakal terjadi, karena akan mempengaruhi perkembangan OPT.

“Peluang El-Nino diprediksi meningkat dan menjadi dominan mulai Juni-Juli-Agustus 2023 dengan kategori lemah. Meski awal musim kemaru 2023 diprediksi normal, tapi musim tanam kedua memiliki resiko pertanian business as usual,” katanya.

Sedangkan akhir musim kemarau menurut Nurhidayat, diprediksi terjadi penurunan curah hujan. Dampaknya, pada musim tanam ketiga ada resiko keterbatasan air, sehingga berpotensi kekeringan dan berimplikasi pada penurunan luas tanam.

“Diwaspadai juga karena awal musim hujan 2023/24 diprediksi akan mundur akibat adanya El-Nino di semester kedua 2023, sehingga mempengaruhi pertanian. Ini berimplikasi mundurnya awal tanam pada MH 2023/2024,” ungkapnya.

Pengalaman tahun 2011, ternyata El Nino yang menyebabkan kekeringan berdampak pada meningkatnya OPT. Begitu juga kejadian El Nino kuat tahun 2015 dan tahun 2017 La Nina lemah. ”Untuk tahun ini yang kita wasadai adalah El Nino lemah yang menyebabkan terjadi mundur musim hujan,” katanya.

Pemerintah telah menyiapkan strategi untuk mengatasi OPT. Seperti apa? Baca halaman selanjutnya.

Link Esertifikat : Klik disini

Link Materi  : Klik disini

Reporter : Julian

tidak boleh di copy ya

error

suka dengan artikel ini