Sinar Tani, Subang — Kementerian Pertanian melaksanakan Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Gerdal OPT) secara serentak terhadap hama tikus yang mengganggu tanaman padi di beberapa wilayah di Jawa Barat.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Suwandi, melakukan Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (Gerdal OPT) di daerah endemis hama tikus di Kabupaten Indramayu pada Rabu (4/7/2024).
Gerdal OPT juga dilakukan di Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Suwandi memulai Gerdal OPT hama tikus di lahan persawahan Sukamandi, Kabupaten Subang, bersama tim dari Dinas Pertanian Subang, POPT, tim Gerdal, penyuluh, dan petani. Kawasan persawahan ini sejak awal sudah di-mapping sebagai daerah rawan serangan hama tikus.
Di Subang, Suwandi melakukan mapping serangan hama tikus di lahan persawahan yang tersebar di sepuluh kecamatan.
“Kita sudah mapping lahan-lahan persawahan yang rawan terserang hama tikus di Subang, Karawang, Bekasi, dan Indramayu, Jawa Barat. Endemis hama tikus biasanya terjadi ketika terjadi pergantian musim tanam,” kata Dirjen Tanaman Pangan, Suwandi.
Suwandi menekankan bahwa melalui Gerdal OPT secara serentak, serangan hama tikus di lahan-lahan persawahan dapat diminimalisir.
Ia menjelaskan, ada banyak cara untuk mengendalikan hama tikus, dengan prinsip bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati.
Ramuan obat pengendalian hama tikus yang dibuat dari bahan baku pestisida nabati dan hayati tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga lebih murah.
Suwandi kemudian menjelaskan langkah-langkah pengendalian hama secara terpadu. Pertama, melakukan sanitasi saat olah lahan, membersihkan tumpukan jerami, pematang, dan rumput di pinggir jalan, serta mematikan lubang-lubang tikus.
Kedua, memantau dan mengamati persemaian agar bebas dari OPT, termasuk tikus, menggunakan benih Varietas Unggul Baru (VUB), dan dilakukan pergantian varietas.
Ketiga, memasang rubuha dengan cara sederhana menggunakan tiang bambu, sehingga lebih hemat biaya.
Jika ingin lebih bagus, bisa menggunakan tiang besi, yakni 1 tiang rubuha dipasang di tiap 5 hektar sawah dan dipasang tiang bambu dengan palang di atasnya sebagai media hinggap burung hantu.
Keempat, memasang pembatas pematang yang disertai umpan kandang perangkap tikus.
Kelima, gunakan ramuan Mbah Yoso (Bioyoso) dari bahan alami yang mampu membuat tikus ompong atau mandul dan mati.
Keenam, gunakan bahan nabati, misal olahan dari buah mojo, atau menggunakan karbit dan kapur barus pada lubang tikus atau di pematang sawah.
Ketujuh, lakukan gropyokan bila sudah mulai banyak serangan tikus, juga dilakukan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
Kedelapan, dilarang keras menggunakan jebakan kawat listrik, karena sangat berbahaya bagi manusia.
Kesembilan, daerah endemis tikus agar dilakukan Gerdal bersama-sama POPT, Brigade tikus bersama petani, dan melakukan poin satu sampai tujuh secara massif.
“Kesepuluh, kalaupun digunakan pestisida kimia sintetis, ini merupakan pilihan terakhir setelah seluruh cara pengendalian biologi, mekanis, dan lainnya dilakakukan dalam pengendalian hama,” terangnya.
Suwandi mengimbau petani dan POPT jangan mengendalikan hama tikus saat panen padi atau fase generatif, karena sudah banyak tikus datang ke sawah.
Sehingga tidak efektif dilakukan pengendalian hama tikus tersebut..“Yang efektif pengendalian tikus adalah saat olah lahan dan persemaian,” tegasnya.
Ketika dilakukan pengendalian hama tikus di Sukamandi, dari luasan sawah 4.200 meter, teridentifikasi ada 2.500 lubang tikus aktif.
Petani, petugas OPT, dan tim Gerdal sudah memasang bubu atau perangkap yang diletakkan di Tengah-tengah pematang sawah.
Hasilnya, di setiap bubu terperangkap 4 ekor tikus. Mereka pun segera mematikan tikus-tikus tersebut serta menutup lubang-lubangnya.
Cetak Sawah 3 Juta Ha, Mentan Minta Dukungan Pengusaha Tionghoa
Jadi Pelopor Penerapan Perpres Penganekaragaman Pangan, NTT Siap
Menteri Pertanian Dorong Pertanian Modern dengan Libatkan Generasi Muda dan Teknologi