Acara yang berlangsung selama tiga hari ini mencakup berbagai panel diskusi, Business Matching, dan Agri-Exhibition. Di antara pembicara yang hadir adalah Carolyn Turk, Country Director for Indonesia and Timor-Leste dari World Bank, serta Rachmi Widiarini, Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasional.
Dari kalangan akademisi, konferensi ini dihadiri oleh Inez Slamet-Loedin dari International Rice Research Institute (IRRI), Ageng Setiawan dari FAO, dan Kei Kajisa dari Kyoto University, yang membahas isu-isu kritis terkait produksi beras.
Dalam sambutannya, Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan BULOG, Sonya Mamoriska Harahap, menekankan pentingnya beras sebagai sumber kehidupan bagi lebih dari separuh populasi dunia. Ia menyatakan bahwa tema konferensi kali ini berfokus pada ketahanan dan adaptasi terhadap tantangan global, seperti perubahan iklim dan ketegangan geopolitik.
“Ketahanan dalam konteks ini bukan hanya tentang bertahan, tetapi juga tentang mengembangkan solusi efektif untuk mempertahankan produksi beras di tengah tantangan yang ada,” jelasnya. Sonya menambahkan bahwa ketahanan dalam produksi beras berarti kemampuan untuk mengantisipasi dan beradaptasi terhadap gangguan sambil tetap menyediakan pasokan pangan yang andal.
Konferensi ini menjadi platform penting untuk mempromosikan dialog dan kolaborasi di antara para pemangku kepentingan dalam industri beras global, sekaligus mencari solusi untuk menjaga keberlangsungan produksi beras di masa depan.
Baca juga
Kejar Target IP 200! Tenaga Ahli Menteri Pertanian Tinjau BP Barito Kuala
Petani Tanah Laut Berjuang Capai IP 200! Mentan Kirim Tim Ahli untuk Evaluasi
Jateng Panen Raya, Target 4,8 Juta Ton Gabah Siap Diserap Bulog