Sinar Tani, Semarang — Petani ditepian sepadan Rawa Pening, Kabupaten Semarang bisa tersenyum lebar. Dengan konsep padi apung yang diujicoba Dinas Pertanian, Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Semarang, harapan mereka untuk bisa panen pada musim hujan akan segera terwujud.
Selama ini petani pemilik maupun penggarap sawah ditepian sempadan Rawa Pening di Kabupaten Semarang, hanya bisa menanam padi sekali setahun, yakni pada musim kemarau. Sedangkan pada musim penghujan, lahan sawah milik mereka tergenang air pasang rawa sedalam selutut sampai sedada orang dewasa sehingga tidak dapat dibudidayakan.
Lahan seperti ini dalam nomenklatur jenis lahan, disebut lahan bana rawa atau lebak. Menurut Balitra, lahan rawa lebak adalah rawa yang dipengaruhi oleh adanya genangan dengan waktu lamanya genangan > 3 bulan dan tinggi genangan > 50 cm.
Sedangkan berdasarkan lama dan tingginya genangan daerah rawa lebak di bagi dalam 4 (empat) tipe, yaitu lebak dangkal, lebak tengahan, lebak dalam dan lebak sangat dalam.
Sudah lama petani di Rawa Pening mendamba solusi untuk masalah yang mereka pikul. Apakah itu berupa varitas padi yang dapat tumbuh mengikuti ketinggian genangan air, atau cara bertanam khusus dilahan rawa.
Agaknya pada musim ini, harapan para petani bana rawa ini mulai ada titk terang. Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah melalui Dinas Pertanian , Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Semarang, melaksanakan Demonstrasi Plot (Demplot) Padi Apung.
Kegiatan percontohan demplot padi apung ini merupakan kegiatan bantuan dari APBD Provinsi Jawa Tengah kepada kelompok tani Sido Makmur, Desa Tambakboyo, Kec. Ambarawa, Kab. Semarang, sebagai salah satu upaya terpadu dari sektor pertanian dalam usaha penyelamatan Danau Rawa Pening.
Kegiatan ini memiliki tujuan untuk memberikan alternatif solusi bagi petani padi di sekitar Danau Rawa Pening yang lahannya tergenang air saat musim hujan. Lahan yang tergenang air masih dapat dimanfaatkan untuk budidaya padi dengan pembuatan media tanam rakit apung
Demplot ini dibuat untuk memberi contoh. Sebagai salah satu bentuk alternatif pemanfaatan lahan yang tergenang air, agar tetap bisa dibudidayakan. Kelebihan dari pemanfaatan padi apung ini adalah, lahan lebak milik petani dapat terus ditanami sepanjang tahun bahkan bisa panen 4 kali.
Selain itu, rakit apung ini dapat membantu ekosistem perairan dengan menjadi sarang ikan dan juga memiliki daya tarik rekreasi agroeduwisata.
Bantuan yang diberikan adalah sarana pembuatan demplot padi apung 1 hektar diatas lahan milik kelompok tani yang tergenang air rawa.
Lahan padi apung ini berupa lembar-lembar sterofoam 1 m x 2 m yang masing-masing lembar berisi 50 netpot diameter 8 cm. Netpot tersebut diisi media berupa tanah dan pupuk organic, lalu diatasnya di semai 2 – butir benih padi varitas Inpara.
Selanjutnya lembar-lembar sterofoam tersebut diikat pada tiang-tiang bambu sepanjang 2 m yang telah dipancangkan dengan rapi di lahan rawa. Maka jadilah jajaran tanaman padi di lembaran sterofoam tersebut “ mengapung” di lahan rawa pening.
Ketika lembar padi apung dituturunkan kerawa, benih padi di netpot telah berumur 4 hari . Lembar padi apung tersebut ditata menjadi semacam petak-petak. Masing-masing berisi 4 lembar, Jarak masing-masing petak selebar 2 meter, sehingga memungkinkan perahu lewat diantara petak-petak tersebut.
Disana fungsi perahu sangat penting. Karena setiap pekerjaan perawatan dan aplikasi selalu memerlukan perahu sebagai alat pengangkut barang maupun sebagai alat transportasi petani.
Padi varietas Inpara dipilih, karena varitas ini memang dirakit oleh Balitbangtan untuk ditanam dilahan rawa. INPARA adalah singkatan dari Inbrida Padi Rawa. Varietas padi yang tahan terhadap genangan air, untuk daerah rawa, daerah yang sering tergenangi air atau sering terendam air
Paling tidak ada 11 varitas Inpara yang telah dirilis oleh Kementrian Pertanian. Mulai Inpara 1 sampai Inpara 10 ditambah 1 varitas Inpara Purwa.
Varitas Inpara ini memiliki spesifikasi : umur panen antara 114 sampai 135 hari, rasa nasi ada yang pera , ada pula yang pulen, potensi hasil 5,1 ton sampai 7,6 ton per ha kalua rata-rata hasil antara 4,2 sampai 5 ton per Ha.
Menurut Koordinator Penyuluh Pertanian di BPP Ambarawa, Iman Widiantoro, pemupukan tanaman padi apung tersebut sepenuhnya memakai Pupuk Organik Cair. Demikian pula pengendalian OPT, kesemuanya akan menggunakan APH (Agens Pengendali Hayati).
Iman dan teman-teman penyuluh di BPP Ambarawa pun juga sudah menyiapkan biosaka. Hasil pelatihan yang diselenggarakan BPP Ambarawa.
“ Biosaka tersebut akan di aplikasikan bilamana diperlukan” katanya.
Lebih lanjut iman menyadari bahawa kegiatan Demplot Padi Apung tersebut merupakan sebuah terobosan teknologi yang sudah lama dinantikan petani banarawa. Terlebih kegiatan Padi Apung ini adalah baru pertama kali dilakukan.
Maka para penyuluh dan seluruh anggota kelompok tani “Sido Makmur” akan terus mengawal, agar demplot padi apung tersebut dapat berjalan dengan lancer, dapat tumbuh subur dan pada saatnya dapat dipanen dengan hasil padi sesuai potensi hasil.
Dihubungi secara terpisah, Ketua Kelompok Tani “Sido Makmur”, Pujono mengaku sangat gembira menerima bantuan Demplot Padi Apung ini. Ia Bersama seluruh anggota kelompok yang berjumlah 18 orang, bahkan mungkin seluruh petani banarawa di Rawa Pening, sudah sejak lama mendambakan teknologi ini.
Ia juga mengatakan bahwa di daerah rawa Pening ini baru pertama kali ada pertanaman padi apung.Biasanya mereka menanam padi menunggu bila air rawa telah surut. Hanya sekali tanam dalam 1 tahun. Dengan adanya kegiatan padi Apung ini harapannya melambung. Kepingin sekali mereka mengalami panen setahun 4 kali, seperti yang dikatakan naras umber Ketika sosialisasi.
Pada waktu ini tanaman padi apung telah berumur kurang lebih 5 minggu. Tanaman padi telah tumbuh dengan baik dan mulai mengeluarkan anakan. Namun Pujono masih kurang puas akan keragaan padinya.
“ Masih kurang hijau” katanya.
Menurut Pujono, anggotanya telah 3 kali melakukan penyemprotan POC. Mereka telah menyiapkan pupuk daun lagi untuk mengulang pemupukan, agar daun lebih hijau.
Sementara itu Kasi Lahan dan Irigasi, Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Novita Luh Widiyastuti, SP,MSi, ketika dihubungi menyatakan bahwa kegiatan ini baru merupakan demplot, sebagai salah satu alternatif menjawab permasalahan petani di sekitar Rawa Pening yg tidak bisa melakukan usaha taninya karena lahan terendam.
“Diharapkan Demplot ini dapat dipakai sebagai pembelajaran bersama, para petani disekitar Rawa Pening didampingi penyuluh yg ada di lapangan,” ungkapnya.
Lebih lanjut Novita mengatakan bahwa, dalam kegiatan ini Distanbun provinsi berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Kab. Semarang dan Balai Penyuluhan Pertanian Ambarawa dalam penentuan lokasi dan benih, pemupukan, dan kemungkinan penanggulangan OPT.
Kedepan pelaksanaan demplot padi apung ini mampu memberi inspirasi solusi kepada petani yang lahannya terdampak pasang surut muka air Danau Rawa Pening. Sehingga mata pencaharian petani setempat khususnya Poktan Sido Makmur dapat lumintu, dapat bertanam setiap musim tanam.
Reporter : Djoko W
Baca juga
Kejar Target IP 200! Tenaga Ahli Menteri Pertanian Tinjau BP Barito Kuala
Petani Tanah Laut Berjuang Capai IP 200! Mentan Kirim Tim Ahli untuk Evaluasi
Jateng Panen Raya, Target 4,8 Juta Ton Gabah Siap Diserap Bulog