Sinar Tani, Semarang — Turunkan tingkat stunting, Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah melaksanakan program Desa B2SA (Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman). Program ini merupakan rangkaian agenda yang komprehensif, mulai dari Edukasi Pola Konsumsi Pangan B2SA, Bantuan Teras B2SA, Gerai B2SA dan Rumah Pangan, hingga pemberian menu makan B2SA.
Stunting merupakan salah satu isu serius di bidang kesehatan yang tengah dihadapi Indonesia. Percepatan penurunan prevalensi stunting masih menjadi perhatian dari pemerintah. Bahkan tak kurang dari Presiden Joko Widodo sendiri, ketika memberikan pengarahan pada sebuah event resmi, penah menyinggung tentang penanganan stunting.
Seperti kita ketahui bersama, stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan fisik seseorang, terutama anak-anak, terhambat atau terhenti sehingga mereka memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari yang seharusnya pada usia tertentu.
Stunting biasanya terjadi pada anak-anak yang menderita malnutrisi kronis, terutama kurang gizi sejak mereka lahir hingga usia dua tahun. Kondisi ini dapat berdampak buruk pada kesehatan dan perkembangan anak, termasuk kemampuan kognitif, kemampuan belajar, dan produktivitas masa dewasa nanti.
Percepatan penurunan stunting yang dilaksanakan melalui tiga intervensi, yakni intervensi spesifik, intervensi sensitif, dan intervensi dukungan yang melibatkan berbagai instansi dan lintas sektor.
Dalam rangka memastikan efektifitas program Desa B2SA, Deputi Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan pada Badan Pangan Nasional (bapanas) Dr. Andriko Noto Susanto, SP, MP bersama Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah, Ir. Dyah Lukisari, MSi melaksanakan Sosialisasi dan Edukasi Konsumsi Pangan B2SA sekaligus meninjau langsung pelaksanaan Desa B2SA di Desa Bedono, Kec. Jambu, Kab. Semarang pada tanggal 8 September lalu.
Pada kesempatan tersebut Andriko berpesan agar program Desa B2SA ini dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
“ Paling tidak setiap minggu harus ada petugas yang hadir mendampingi dan memantau” katanya.
Lebih lanjut, Andriko mengatakan perlunya dilakukan evaluasi antara rencana dan realisasi setiap tahap. Sehingga pada akhirnya program ini benar-benar dapat menurunkan atau bahkan menuntaskan prevalensi stunting didesa Bedono.
Pada kesempatan yang sama, Dyah Lukisari berharap Program Desa B2SA menjadi langkah awal yang efektif menurunkan angka stunting di Jawa Tengah.
“Hendaknya program Desa B2SA di Bedono ini dapat direplikasi di seluruh jenjang pemerintahan utamanya perangkat daerah pengampu urusan pangan” ujar Dyah dalam sambutannya.
Dyah menambahkan bahwa penyebab utama stunting adalah kekurangan gizi, terutama protein, energi, vitamin, dan mineral yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
Faktor-faktor lain yang dapat berkontribusi terhadap stunting meliputi akses yang terbatas kepada makanan yang bergizi, sanitasi yang buruk, pola makan yang tidak seimbang, penyakit infeksi yang sering, dan faktor lingkungan.
Sementara itu, Staf Analis Ketahanan Pangan Dishanpan Jateng, Ferry Agus Setyawan, mengaku kegiatan Desa B2SA di Jawa Tengah berada di 2 lokasi. Yaitu di kecamatan Batur kabupaten Banjarnegara dan di desa Bedono, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.
“Kegiatan ini memberi bantuan edukasi dan akses fisik berupa Teras B2SA, yaitu pembuatan demplot kebun gizi B2SA, yang berisi tanaman umbi, sayuran, buah-buahan dan kolam lele bioflok.” ungkapnya
Selain itu dijelaskan Ferry bahawa kegiatan ini juga bekerjasama dengan BUMDes Bedono dalam bentuk “Gerai B2SA” , dimana para orang tua anak-anak balita dapat berbelanja makanan, sayur dan buah segar hasil dari kegiatan Teras B2SA. Gerai ini dibantu Frezzer, showcase dan rak-rak serta modal kerja.
Terakhir adalah Rumah Pangan B2SA, Ini adalah rumah yang digunakan sebagai pos pengolahan dan pemberian pangan B2SA kepada balita, terutama anak stunting. Untuk pengolahan pangan, telah dibantu peralatan masak.
Dalam kegiatan ini juga disediakan dana untuk pemberian makanan B2SA kepada balita sebanyak 36 kali selama 3 bulan, atau seminggu 3 kali selama 3 bulan. Berdasarkan data, di desa Bedono terdapat 44 anak stunting, untuk pelaksanaan pemberian makanan B2SA akan dipusatkan pada 3 titik.
Stunting memang harus ditangani secara serius, kareana stunting dapat memiliki dampak jangka panjang pada individu dan masyarakat, seperti berkurangnya produktivitas, peningkatan risiko penyakit kronis, dan beban ekonomi yang tinggi. Oleh karena itu, upaya pencegahan stunting, seperti promosi nutrisi yang baik pada ibu hamil dan anak-anak, akses yang lebih baik ke makanan bergizi, serta perbaikan sanitasi dan kondisi lingkungan, sangat penting untuk mengatasi masalah ini dan memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi anak-anak.
Di Jawa Tengah dengan penanganan yang solid dan komprehensif prevalensi terus menurun dari tahun ketahun.Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM), pada 2018 tingkat stunting di Jawa Tengah berada di angka 24,4 persen. Tahun 2019 turun menjadi 18,3 persen, tahun 2020 menjadi 14,5 persen, tahun 2021 menjadi 12,8 persen, dan terakhir pada tahun 2022 turun lagi menjadi 11,9 persen.
Pada tingkat nasional stunting juga menunjukkan angka yang terus menurun, Tercatat pada 2013, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar, prevalansi stunting di Indonesia sebesar 37,2 persen. Lalu pada 2021 terjadi penurunan 24, 4 persen berdasarkan Survei Status Gizi Balita Indonesia 2021.
Angka prevalansi stunting kembali turun menjadi 21,6 persen pada 2022 berdasarkan Survei Status Gizi Nasional 2022. Presiden Joko Widodo menargetkan angka stunting mampu turun menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Reporter : Djoko W
Jaga Stabilitas Pasokan dan Harga Pangan, Pemprov Kalsel Gelar Gerakan Pangan Murah
Wilmar Padi Indonesia Optimalkan Lahan Rawa Banyuasin untuk Tingkatkan Produksi Padi
Cetak Sawah 3 Juta Ha, Mentan Minta Dukungan Pengusaha Tionghoa