15 Januari 2025

Sinar Tani

Media Pertanian Terkini

Beranda » Peternakan Indonesia Berkelanjutan, Ini Masukan Sarjana Peternakan

Peternakan Indonesia Berkelanjutan, Ini Masukan Sarjana Peternakan

Sinar Tani, Bogor — Tantangan perternakan Indonesia yang semakin berat membutuhkan peran nyata berbagai pihak salah satunya para sarjana dan insinyur peternakan. Karena itu, Perkumpulan Sarjana dan Insinyur Peternakan Indonesia (ISPI) menggeral seminar bertajuk “ISPI untuk Pembangunan Peternakan Indonesia yang Berkelanjutan”. Yang merupakan rangkaian kegiatan pelantikan pengurus PB ISPI periode 2024-2029 dan RAKERNAS IPB International Convention Center pada Jumat.

Dalam sambutannya, Ketua ISPI terpilih periode 2024-2029, Dr. Ir. H. Audy Joinaldy, S.Pt., M.Sc., M.M., IPM., ASEAN.Eng, mengatakan tantangan kedepan bagi para sarjana dan insinyur peternakan semakin berat.

Salah satunya terkait program makan dan minum susu gratis yang dicanangkan calon presiden Indonesia Prabowo-Gibran yang membutuhkan peran sarjana dan insinyur peternakan.

“Berapa banyak anak yang ingin diberi makan gratis membutuhkan sumber protein hewani yang mumpuni. Yang kita tahu sebagian besar susu kita masih impor,” ungakpanya.

Selain itu Audy juga ingin melakukan penguatan organisasi ISPI, yang dimulai dengan melegal formalkan nama ISPI.

“ISPI akan mencoba merangkul semua stakeholder peternakan di Indonesia, serts menyatukan ISPI dari berbagai daerah menjadi satu ISPI. Mari beriringan kita dengan pemerintah untuk memajukan industri peternakan,” ujar Audy.

Sementara itu dalam seminar bertajuk “ISPI untuk Pembangunan Peternakan Indonesia yang Berkelanjutan”, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian, Dr. Ir. Nasrullah, M.Sc. juga menyoroti peran signifikan ISPI terkait dengan program pemerintahan baru.

“Program utama pemerintah baru sangat erat hubungan dengan peternakan, yang pertama minum susu dan makan siang gratis. Susu sudah pasti ada kaitannya dengan peternkaan, dan makan siang disini sudah pasti yang utama karbohidruat dan protein, untuk lauk pauk sumber protein yang murah adalah ayam dan telur” ujarnya.

Baca Juga :  Tingkatkan Produksi Hasil Ternak, Mentan Amran Libatkan Pakar dari Perguruan Tinggi

Nasrullah mengaku Indonesia belum swasembada daging sapi kerbau dan susu, dan hal ini akan semakin jauh tercapai bila tidak dimasukkan sebagai salah satu program strategis nasional.

Bicara swasembada daging, menurut Nasurullah akan berkaitan dengan jumlah sapi yang akan dipotong, juga jumlah kelahiran dan jumlah indukan yang ada saat ini.

“Data di PKH kurang lebih ada sekitar 18 juta ekor sapi, dan secaara teori setengahnya adalah betina.” Ungkapnya.

Sedangkan bila bicara program minum susu, menurut Nasrullah dari jumlah siswa yang akan minum susu sebanyak 82,9  juta, dengan hitungan 200 ml per hari per orang maka ini setara dengan sapi laktasi sekitar 1,046 juta ekor.

“Artinya di negara kita harus hadir 1 jutaan ekor sapi yang laktasi untuk mensupport program tersebut.” jelasnya.

Ditambahkannya, ada konsep sederhana sebagai permulaan yaitu pengembangan sapi perah dengan sistem Mega Farm. Pada system ini nantinya akan diisi oleh sapi-sapi sub tropis yang punya produktifitas tinggi rata-rata produksi 13-15 liter.

Nasrullah menambahkan untuk sistem Mega Farm, sapi yang akan masuk adalah sapi sub tropis sebagai indukan laktasi. Lalu para pelaku usaha akan membangun sistem Mega Farm diberbagai daerah bekerjasama dengan masyarakat dan pemerintah daerah.

“Conroh 1 cluster 200 ekor, ini bisa memberi minum 7.400 anak per hari. Didalamnya ada sub cluster budidaya, yang terdiri dari produksi pakan, kesehatan dalam satu kesatuan manajemen misal dalam bentuk koperasi.” Ujarnya.

Bicara Unggas, Nasrullah mengatakan bahwa ini saatnya mejawab over supplay unggas yang mencapai 350 juta.

“Ekspor kita  alhamdulilah meningkat pesat. Dan Singapur yang awalnya merupakan salah satu negara yang sulit ditembus tapi sekarang semua yang namanya ayam dan telur sudah masuk mau olahan, karkas dan hidup masuk semua sekarang” ungkapnya.

Baca Juga :  Vaksinasi LSD Indonesia Dipercepat dengan Bantuan Australia Tahap Kedua

Pada kesempatan yang sama, Duta Besar RI untuk Singapura, Suryo Pratomo mengatakan kedepan ada kegiatan yang sangat erat hubungannya dengan bidang peternakan. Sehingga diperlukan kerja cepat dari ISPI untuk merumuskan sebuah kebijakan yang akan jadi sebuah masukan untuk pemerintahan yang akan datang.

“Ini bukan pekerjaan yang mudah dan membutuhkan kerja yang luar biasa untuk bisa membangun sebuah ekosistem. Ada lebih dari 1 juta sapi laktasi, ini membutuhkan pekerjaan yang luar baisa. ntuk pakannya saja akan membutuhkan 40 juta ton per hari, belum lagi mengenai tenaga peternak yang akan menggarqp” ujarnya.

Sementara itu Direktur Pangan dan Pertanian Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Jarot Indarto, SP, MT, MSc, Ph.D, mengaku perlunya melihat aspek ekonomi dalam pembangunan peternakan kedepan terutama kesejehtaran peternak.

“Untuk mencapai Indonesia emas 2045, seluruh sektor termasuk peternakan harus bisa tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan yang ada saat ini. Bagaimana peternakan bisa menjadi sumber pertumbuhan untuk mengangkat perekonomian” ujarnya.

Sedangkan Direktur Pusat Kajian Perunggasan PB ISPI, Ir. Agus Wahyudi mengatakan terkait program makan siang gratis, akan ada 82,9 juta anak sekolah yang menerima makan gratis. Maka untuk itu  membutuhkan unggas sekitar 1,2 juta ton per tahun.

“Kalau ini terjadi maka akan dibutuhkan DOC 1 milyar, DOC itu akan kita pelihara dan membutuhkan pakan sekitar 2,6 juta metrik ton, yang membutuhkan 1.300 juta kg jagung sebagai bahan pakan,” ujarnya.

Dengan program makan siang gratis ini, Agus mengatakan akan menyumbang konsumsi protein sebanyak 4,8 gram per kapita dari target konsumsi proytein 6,6 per kapita.

 

 

 

tidak boleh di copy ya

error

suka dengan artikel ini