19 Mei 2025

Sinar Tani

Media Pertanian Terkini

Beranda » Prof. Muladno: Kurangnya Gotong Royong Jadi Pemicu Produksi Ternak Stagnan

Prof. Muladno: Kurangnya Gotong Royong Jadi Pemicu Produksi Ternak Stagnan

Sinar Tani, Jakarta – Pakar Peternakan menyebutkan kurangnya semangat gotong royong di kalangan peternak menjadi salah satu faktor utama stagnasi produksi ternak di Indonesia.

Kalangan akademisi dan praktisi bisnis peternakan menilai bahwa produksi ternak dan hasil ternak di tanah air stagnan karena kurangnya gotong royong antara industri, perguruan tinggi, dan peternak.

“Industri, perguruan tinggi, dan peternak faktanya masih berjalan sendiri-sendiri. Makanya produksi ternak kita belum bisa mengimbangi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat,” tegas Prof. Muladno, pengamat bisnis peternakan sekaligus guru besar Fakultas Peternakan dari IPB University.

Pernyataan ini disampaikan saat membuka kegiatan talk show di sela pameran Akbar Indolivestock 2024, Rabu (17/07).

Talk show yang diselenggarakan Yayasan Pengembangan Peternakan Indonesia (YAPPI) ini bertema “Riset Unggulan untuk Peternakan dan Kesehatan Hewan yang Berdaya Saing” dan menampilkan narasumber pemenang Indolivestock Innovation Award 2024.

Prof. Muladno menjelaskan bahwa peran bahan pangan asal ternak semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk serta adanya program pemerintah terkait.

“Lima tahun ke depan, tantangan kita adalah bagaimana bisa memenuhi kebutuhan pangan asal ternak guna mendukung program makan siang gratis yang didanai hingga triliunan rupiah oleh negara,” jelasnya.

Penyiapan komoditas seperti daging, telur, dan susu dalam jumlah besar dipandangnya sebagai tantangan yang tidak mudah, terutama karena belum terjalinnya kolaborasi atau gotong royong yang apik antara industri, perguruan tinggi, dan peternak.

Menurut mantan Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan itu, peternak skala kecil adalah yang paling sulit diajak bergotong royong.

Dalam jumlah kecil, mereka sulit berkolaborasi dengan industri besar.

“Tugas kami dari perguruan tinggi adalah bagaimana peternak kecil bisa bersatu, menjadi lebih besar dan kompak, sehingga tahap berikutnya bisa terkoneksi dan berkolaborasi dengan industri peternakan skala besar,” tutur Prof. Muladno.

Baca Juga :  Kementan Luluskan Milenial Bersertifikasi Pengawas Mutu Pakan

Indolivestock Award

Akibat masih berjalan sendiri-sendiri, hasil-hasil inovasi dari perguruan tinggi belum banyak dimanfaatkan oleh kalangan peternak.

Padahal, inovasi baru dari perguruan tinggi dapat mempercepat peningkatan produksi hasil ternak jika diaplikasikan di peternak.

Oleh karena itu, Prof. Muladno menilai pentingnya upaya menggalang gotong royong antara tiga pilar: industri, perguruan tinggi, dan peternak.

“Kami dari Fapet IPB University sejak tahun 2013 telah mengembangkan sistem integrasi horizontal yang menghubungkan perusahaan pakan, obat hewan, peternak kecil, perguruan tinggi, dan industri hilir. Dikemas dalam bentuk Sekolah Pemberdayaan Rakyat, program kami ini hingga kini masih berjalan dan hasilnya cukup memuaskan,” kata Muladno.

Ketua Umum YAPPI, Desianto B Utomo, sependapat dengan Prof. Muladno. Ia juga menilai pentingnya upaya banyak pihak untuk mendukung peningkatan produksi hasil ternak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

YAPPI yang berdiri sejak tahun 2002 hingga kini masih aktif menjadi pelaksana kegiatan Indolivestock Award.

Sasaran utama adalah merancang hilirisasi riset, yakni hasil riset dan inovasi dapat diaplikasikan di masyarakat dan pada akhirnya bisa juga dikomersialisasikan.

Tahun ini, YAPPI telah melakukan serangkaian proses seleksi dan menentukan pemenang Indolivestock Innovation Award.

Penyerahan penghargaan dilaksanakan langsung kepada pemenang di sela perhelatan Indolivestock 2024 di Jakarta Convention Center.

Reporter : Ika

tidak boleh di copy ya

error

suka dengan artikel ini