Sinar Tani, Ungaran — Kondisi peternak layer yang semakin sulit karena harga jagung terus merangkak naik menjadi isu utama dalam Rembuk Telur dan Jagung Peternak 2023. Dalam kegiatan yang berlangsung 3-4 Oktober 2023 ini, peternak layer yang hadir dari seluruh Indonesia sepakat mengusulkan agar Pemerintah segera melakukan import jagung.
Tidak kurang dari seratusan peternak layer kelas menengah ke atas bertemu selama 2 hari, di “The Wujil Resort & Conventions” Ungaran. Mereka datang dari berbagai penjuru provinsi dan mewakili aneka komunitas perunggasan yang ada di tanah air.
Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN), Yudianto Yosgiarso, menyampaikan bahwa keadaan peternak layer menengah keatas sedang tidak baik-baik saja.
”Baru saja akan bangkit setelah terlanda bencana global “covid 19” selama 2 tahun, sekarang kami terhimpit harga jagung yang terus merambat naik, sementara harga telur tetap saja” ujarnya.
Lebih lanjut Yudianto mengatakan gejala tersebut sudah dirasakan peternak sejak awal 2023, dimana harga jagung saat itu Rp 5.000,- dari bulan ke bulannya mengalami kenaikan, hingga sekarang sudah mencapai Rp 6.200 bahkan ada yang mencapai Rp 6.700,-.
“Sedangkan harga telur sekarang berkisar Rp 21.000 sampai Rp 22.000, penjualan telur tidak bisa menunggu harga naik , tentu sudah rusak. Sehingga harga berapapun akan kami lepas” imbuhnya.
Menurut penuturan peserta, selama ini peternak layer menengah besar agak terluput dari perhatian pemerintah. Kebijakan dan regulasi lebih ditujukan kepada peternak layer UMKM.
Sedangkan kontribusi peternak menengah besar mencapai 70% dan keberadaannya juga tersebar diseluruh wilayah.
Hal tersebut diamini Ketua PPN Lampung, Yeny Sulistiani, yang mengatakan bahwa posisi peternak layer menengah besar serba salah dan kejepit.
“Selama ini kami yang mengurus permohonan bantuan jagung untuk peternak UMKM. Setelah berhasil, bantuan dibagi habis untuk peternak UMKM. Apabila kurang jumlah atau kualitas, kami yang di tuntut. Sedangkan kami sendiri tidak pernah mendapat bantuan, justru semakin tertekan dengan harga jagung yang semakin mahal.” keluhnya.
Hal serupa disampaikan pengurus Pinsar Pusat, Leopold Halim. Menurutnya peternak menengah besar yang akrab dipanggil Atung ini mempertanyakan kinerja Feedmill. Karena apabila kinerja Feedmill patuh menurut peraturan, maka harga jagung/pakan akan stabil.
“Di Jawa Barat harga jagung berkisar Rp 6.500 – Rp 6.600. Apalagi jika kebutuhanh mendadak, bisa mencapai Rp 6.700, itupun barangnya tidak sampai semobil” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, perternak dari Sulawesi Selatan, Basuki menanyakan kebenaran informasi surplus jagung yang sedang terjadi.
“Katanya kita surplus jagung hingga 5,5 juta ton, barangnya dimana ?” tanya Basuki.
Menanggapi berbagai hal tersebut, perwakilan Badan Pangan Nasional (Bapanas) dari Direktorat Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan, Kedeputian Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, Musyafa mengatakan bahwa memang ada surplus jagung sebesar 5,5 juta ton, namun ada anomali dilapangan.
Sehingga harga jagung saat ini berada diatas HET, tembus hingga Rp 6.990 (data Bapanas). Dalam hal ini pemerintah telah mengeluarkan regulasi untuk stabilisasi pasokan dan harga pangan.
“Kecuali itu, pemerintah sudah merancang “Cadangan Jagung Nasional” sebesar 250.000 ton, yang akan di tangani oleh Bulog,” ungkapnya.
Pada kesempatan tersebut Yudianto Yosgiarso menyampaikan bahwa dalam Rembuk Telur Dan Jagung Peternak 2023 ini para peternak unggas sudah tidak lagi berdiri atas komunitas masing-masing.
Hal ini dapat dilihat dari baju seragam yang dipakai penuh tulisan dan logo, sebagai simbolisasi bahwa semua telah Bersatu.
Dalam Rembuk Telur Dan Jagung Peternak 2023 dihasilkan kesepakan bersama. Yang pertama Peternak menengah dan besar akan terus membantu pemerintah dalam mengembangkan “Closed Loop Ekosistem Layer Baru“.
Kedua, akan segera menyampaikan data kebutuhan jagung tiga bulan kedepan. Yaitu bulan November, Desember tahun 2023 dan Januari tahun 2024, sebesar 180.000 ton. Walaupun yang hadir baru mempresetasikan 50% peternak, namun data tersebut cukup valid.
Yang ketiga mengusulkan agar pemerintah segera menyediakan kebutuhan jagung bagi peternak dengan cara import. Hal ini dengan pertimbangan, menurut pengalaman mutu jagung asal petani lokal tidak memenuhi standard pakan ternak, yaitu kadar air kurang dari 15%, kandungan aflatoksin dibawah 100 ppb dan kandungan kotoran dibawah 2%.
“Maju boleh, tapi jangan mundur, kami sudah sangat membutuhkan. Kami juga berjanji akan dapat menyerap seluruh pengadaan jagung tersebut” pungkas Yudianto.
Reporter : Djoko W
Baca juga
Cegah Wabah PMK, Polbangtan Kementan Terapkan Biosecurity Super Ketat
Aksi Nyata Mahasiswa Polbangtan Kementan Lawan PMK Lewat One Day One Impact
Aku Maron, Ayam Kampung Unggul Inovasi BBPTT Jateng