Sinar Tani, Washington—Fenomena perubahan iklim, pandemi Covid-19, serta ketegangan geopolitik diberbagai belahan dunia mendorong terjadinya krisis pangan secara global. Potensi krisis tersebut yang melatarbelakangi pertemuan Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian G20 di Amerika Serikat.
Pertemuan yang disebut sebagai Joint Finance and Agriculture Ministers Meeting (JFAMM) ini ditujukan untuk mengatasi krisis pangan dunia, mencakup kebijakan pembiayaan, intervensi sistem pertanian dan pangan, serta kebijakan perdagangan. JFAMM dilakukan sebagai tindaklanjut hasil pertemuan Deputi Keuangan dan Pertanian G20 atau Joint Finance and Agriculture Deputies Meeting (JFADM) pada tanggal 3 Oktober lalu.
Pertemuan tingkat Menteri yang pertama ini diharapkan dapat menjadi dasar koordinasi erat untuk menentukan cara terbaik dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan kedepan. JFAMM akan dilaksanakan pada 11 Oktober 2022 di Washington DC, Amerika Serikat dilakukan di sela-sela Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia.
Pertemuan yang juga dihadiri oleh negara undangan dan internasional organisasi bidang keuangan dan pertanian ini, diselenggarakan untuk merespon ancaman kerawanan pangan dan gizi global. Dalam sidang tersebut, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) berkesempatan menekankan, pentingnya kolaborasi global untuk mengatasi krisis pangan yang saat ini banyak mengancam negara – negara di dunia.
SYL menjelaskan sebagai bagian dari komunitas global, G20 berkomitmen mendukung peran krusial dari sektor pertanian dalam menyediakan pangan dan gizi bagi semua orang dan menjamin pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. “Jangan biarkan satu orangpun tertinggal di belakang, leaving no one behind,” tegas SYL saat memberikan keterangan pers usai pelaksanaan kegiatan JFAMM.
SYL mengatakan, untuk mempercepat pemulihan dan membangun sektor pertanian dunia yang lebih kuat dan tangguh, Para Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian G20 telah berkomitmen untuk menghadirkan solusi bersama dalam bentuk skema pendanaan global untuk penanganan tiga isu prioritas sektor pertanian dan pangan.
Pertama, mempromosikan sistem pertanian dan pangan yang tangguh dan berkelanjutan. Kedua, mempromosikan perdagangan pertanian yang terbuka, adil, dapat diprediksi, transparan, dan non-diskriminatif untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan pangan bagi semua. Ketiga, mempromosikan kewirausahaan pertanian inovatif melalui pertanian digital untuk meningkatkan penghidupan petani di pedesaan.
Ketiga isu prioritas tersebut menurut SYL, saling berkaitan dan dibutuhkan sentuhan teknologi serta inovasi dalam mewujudkannya. “Dalam konteks implementasinya, kita yakini bahwa teknologi dan inovasi menjadi kunci utama dalam upaya pengembangan sistem pertanian dan pangan yang berkelanjutan,” ujarnya.
Di lokasi yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan, Presidensi G20 Indonesia telah menegaskan kembali komitmennya untuk menggunakan semua perangkat kebijakan yang tepat untuk mengatasi tantangan ekonomi dan keuangan saat ini, termasuk risiko kerawanan pangan. G20 siap untuk mengambil tindakan kolektif yang cepat tentang ketahanan pangan dan gizi, termasuk dengan bekerja sama dengan inisiatif lain.
Reporter : Julian
Kementerian Pertanian Gandeng KPK untuk Penanganan Pengaduan Masyarakat dan Pemberantasan Korupsi
Sinkronisasi Data Tanaman Pangan se-Kalsel Digelar di Banjarmasin
Bertemu Wamentan Sudaryono, Dubes Australia Sampaikan Komitmen Dukung Swasembada Pangan Indonesia