Sinar Tani, JAKARTA===Sebagai kelembagaan pemerintah yang merupakan penggabungan Badan Karantina yang ada di Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan dan di Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, Badan Karantina Indonesia (Barantin) mempunyai tugas berat dalam sistem perdagangan di dalam negeri.
Barantin dibentuk berdasarkan UU No. 21 tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Lembaga pemerintah ini ditetapkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia.
“Semangat organisasi ini adalah untuk menjalankan UU No. 21 tahun 2019 , PP No. 29 Tahun 2023,” kata Kepala Barantin, Sahat Manaor Panggabean saat Gala Dinner memperingati Hari Karantina Indonesia ke 146 Tahun di Jakarta dan peresmian logo baru Barantin, di Jakarta, Jumat (20/10).
Sahat mengatakan, kedua regulasi ini akan mendukung menfasilitasi perdagangan dengan jaminan kesehatan manusia, hewan tumbuhan dan perlindungan sumber daya alam hayati Indonesia. Apalagi perubahan iklim yang berdampak pada perubahan dan penyebaran hama penyakit hewan, ikan, tumbuhan dan ancaman kerusakan lingkungan menjadi perhatian dunia. “Tentunya misi penyelamatan ini perlu mendapat perhatian kita semuanya,” ujarnya.
Untuk itu, Barantin bertugas mencegah masuk keluar dan tersebarnya Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK). Barantin juga bertugas dalam pengawasan serta pengendalian terhadap keamanan pangan, mutu pangan, keamanan pakan, dan mutu pakan.
Selain itu, pengawasan dalam peredaran produk rekayasa genetika, sumber daya genetika, agensia hayati, jenis asing invasive, tumbuhan dan satwa liar, serta tumbuhan langka yang dimasukkan ke dalam dan tersebar di area wilayah Indonesia ini.
“Belum lepas dari ingatan kita pandemi Covid 19 yang telah membuat porak poranda perekonomian di berbagai penjuru dunia pergerakan manusia dibatasi, pergerakan barang pangan juga terganggu, yang dapat membahayakan pangan,” katanya.
Dalam menjalankan tugas, Barantin menjadi mitra dan siap melayani di pelabuhan, bandara, Pos Lintas Batas Negara (PLBN), khususnya menjalankan misi dan penyelamatan biodiversitas. Termasuk, kemitraan dalam penerapan perjanjian sanitary dan phytosanitary, serta fasilitasi perdagangan dengan negara-negara mitra. “Layanan pelabuhan atau bandara apabila tidak berjalan sinkron, dan terpadu, akan bisa membahayakan kita semua,” kata Sahat.
Ia mencontohkan adanya larva serangga yang secara masif merusak hutan dengan cepat. Serangga tersebut menempel pada lampu dan kapal saat muat barang atau komoditas perdagangan. Contoh lainnya, adanya kasus penyakit hewan yang dapat menyebar cepat, bahkan membahayakan manusia hingga ancaman kematian.
“Ilustrasi ini bukan bermaksud menakut-nakuti. Tapi inilah suatu kenyataan yang terjadi karena banyak negara yang sudah terdampak. Saya percaya tugas lembaga baru yang saya pimpin ini dapat berfungsi sebagai filter biosekuriti, berjalan dengan baik bila berkolaborasi,” katanya.
Kolaborasi
Dengan kolaborasi yang kuat, Sahat berharap Barantin dapat menyelamatkan keanekaragaman hayati dan memperlancar perdagangan barang melalui pergerakan lintas batas negara. “Ke depan kami berupaya menata arus barang keluar masuk akan lebih cepat dan efisien. Ini perlu penanganan khusus karena tidak mudah. Apalagi lembaga ini menggabungkan karantina dari tiga kementerian dan juga sistemnya,” tuturnya.
Namun Sahat mengakui, adanya Indonesia National Single Windows (INSW) dapat membantu mempercepat sistem layanannya. Kegiatan pertama akan diarahkan pada pre border. “Jadi semua dokumen, barang sebelum masuk ke Indonesia dokumen sudah selesai dulu, sehingga kecepatan di Pelabuhan itu akan lebih baik. Dari situ akan terlihat transparansi biaya dan kepastian waktu,” katanya.
Kegiatan kedua, pihaknya akan mebuat sistem layanan digital yang terintegrasi dengan Kementerian Lembaga lainnya. Kecepatan pelayanan menjadi indikator kinerja Barantin. “Saat ini kami fokus ke kelembagaan dulu. Penggabungan sudah selesai sudah disetujui Kemen PAN-RB dan Kemenkumham. Setelah itu kita menata sistem layanan secara digital itu, “ katanya.
Sementara itu Plt. Menteri Pertanian yang juga Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi yang hadir pada kegiatan itu menyatakan, pihaknya akan banyak sekali berkolaborasi dengan Barantin. Apalagi pihaknya diminta Presiden mempercepat pembangunan pertanian.
“Nanti mohon bantuan untuk live cattles dari country of origin. Kita akan buka tidak hanya di Australia saja, tetapi dari negara-negara lain. Juga beberapa produk pertanian yang kita ekspor ke luar,” katanya. Indonesia lajut Arief, telah mengekspor produk olahan ayam ke Singapura, beberapa ke Jepang dan Tiongkok.
“Garda terdepan untuk ekspor impor ada di pasar dan Badan Karantina Indonesia,” tambah Arief.
Baca juga
Inovasi Pertanian Dorong Pembangunan Ekonomi Lokal dan Kemajuan Daerah
Sinergi KTNA dan Jatam Dorong Kemajuan Pertanian Cilacap
Pengajuan Hak PVT Makin Mudah, Yuk Gunakan Apply PVT