Sinar Tani, Jakarta—-Kehadiran Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia (MPPI) bagi pelaku usaha diharapkan menjadi perekat pelaku di dunia perbenihan dan perbibitan dalam negeri. Bukan hanya industrinya, tapi juga pemerintah dan lembaga penelitian di perguruan tinggi. Bersatu meningkatkan produksi pangan.
Setelah secara aklamasi Dr. H.E. Herman Khaeron terpilih kembali menjadi Ketua Umum Masyarakat Perbenihan dan Perbibitan Indonesia (MPPI) periode 2022-2027 pada 12 Agustus 2022, pengurus MPPI pada Rabu (30/11) dikukuhkan. Sebelumnya anggota DPR Komisi VI ini telah memimpin MPPI pada periode 2017-2022.
Dalam jajaran pengurus MPPI kali, Herman Khaeron didampingi Adhie Widihartho sebagai Sekjen MPPI. Selain itu ditetapkan, Ketua Dewan Penasehat MPPI, Prof. Dr. M. Jafar Hafsah; Ketua Dewan Pembina MPPI, Prof. Dr. Rachmat Pambudy, MS dan Ketua Dewan Pakar MPPI, Dr. Dwi Asmono, MS, APU. Pengukuhan pengurus MPPI berlangsung di gedung RNI, Jakarta.
Saat pengukuhan pengurus, juga berlangsung Talkshow Revolusi Perbenihan dan perbibitan Mengantisipasi Krisis Pangan Global. Hadir pada kegiatan tersebut, Menteri BUMN, H. Erick Thohir, B.A, MBA; Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi; Komisaris Utama PT. ID Food/RNI, Dr. Bayu Krisnamurthi dan Rektor IPB University, Prof. Dr. Arif Satria, M.Si.
Menteri BUMN, Erick Thohir mengatakan, pangan merupakan jantungnya pembangunan. Karena itu jika bangsa Indonesia akan mandiri pangan, maka bibit dan benihnya harus tersedia. Bahkan Erick mengakui, sebenarnya Kementerian BUMN telah menetapkan transformasi pangan sebagai langkah awal.
“Sejak Covid-19 kita lakukan pertemuan membahas pangan. Kita bangun ekosistem pangan yang baik untuk semua. Apakah dalam bentuk kerjasama dengan swasta dengan BUMN atau BUMN dengan peneliti maupun petani. Ini yang akan kita lakukan, termasuk kalangan UMKM menjadi bagian ” katanya saat memberikan kata kunci Pengukuhan Pengurus MPPI.
Ke depan menurutnya, peluang pangan sangat besar dengan pertumbuhan ekonomi yang membaik hingga 2024. Apalagi masyarakat kelas menengah pada tahun 2030 akan mencapai 145 juta jiwa dan akan naik menjadi 210 juta jiwa. “Daya beli meningkat menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang membaik,” katanya.
Ekosistem Pangan
Karena itu, Erick membuka kepada semua pelaku usaha dan pakar untuk membangun ekosistem pangan yang saling membangun. Sebab, tidak bisa membangun ekosistem pangan hanya oleh satu stakeholder.
Erick juga mengingatkan, peran petani juga harus menjadi perhatian khusus. Jadi bagaimana memastikan produksi pangan tetap terjaga, Apalagi realitasnya, kondisi pertanian terus menurun. Terlihat bagaimana lahan pertanain berkurang, rata-rata petani hanya memiliki lahan di bawah 1 ha.
“Saat ini petani tidak punya economic of scale. Apalagi masing-masing petani menanam komoditas yang beda. Artinya cost produksi petani menjadi mahal. Pupuk langka dan benih yang ditanam bukan unggul,” katanya.
Karena itu ke depan, Erick berharap, kita harus membangun ekosistem pangan. Salah satu yang digagas Kementerian BUMN adalah Program Makmur. Program tersebut yang sudah berjalan untuk komoditas padi, jagung dan tebu. “Program Makmur ini versi BUMN membangun ketahanan pangan,” ujarnya.
Materi : Klik Disini
Esertifikat : Klik Disini
Ketua Umum MPPI, Herman Khaeron mendukung langkah Menteri BUMN. Baca halaman selanjutnya.
Reporter : Julian
Kementerian Pertanian Gandeng KPK untuk Penanganan Pengaduan Masyarakat dan Pemberantasan Korupsi
Sinkronisasi Data Tanaman Pangan se-Kalsel Digelar di Banjarmasin
Bertemu Wamentan Sudaryono, Dubes Australia Sampaikan Komitmen Dukung Swasembada Pangan Indonesia