19 Mei 2025

Sinar Tani

Media Pertanian Terkini

Beranda » Studi JAPFA & UI: Konsumsi Protein Anak Indonesia Masih Rendah

Studi JAPFA & UI: Konsumsi Protein Anak Indonesia Masih Rendah

Sinar Tani, Jakarta – PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JAPFA), bersama Yayasan Edufarmers dan Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Universitas Indonesia (PKGK UI), mengadakan studi gizi yang melibatkan lebih dari 1.000 anak di lima kota: Padang, Sragen, Mempawah, Malang, dan Makassar. Ini hasilnya.

Selama Mei hingga Juni 2024, anak-anak dari TK, SD, dan balita di wilayah tersebut mendapat makanan bergizi sebagai bagian dari uji coba tiga model pemberian makanan, yakni Ready to Eat (RTE), Ready to Cook (RTC), dan Swakelola. Tujuan dari studi ini adalah untuk melihat mana model yang paling efektif dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anak.

Direktur Corporate Affairs JAPFA, Rachmat Indrajaya, menyoroti rendahnya konsumsi protein hewani di Indonesia dibandingkan dengan negara lain di Asia Tenggara. “Sebagai produsen protein hewani, JAPFA berkomitmen menyediakan makanan bergizi yang terjangkau. Ini juga sejalan dengan SDGs nomor 2: Zero Hunger dan visi Indonesia Emas 2045,” katanya.

Studi ini dilaksanakan di sekolah-sekolah dan posyandu yang berada di sekitar unit operasional JAPFA. Selama 6 minggu, uji coba dilakukan selama 10 hari untuk setiap model di setiap kota, termasuk memantau kecukupan gizi dan efektivitas program.

Ahli gizi PKGK UI, Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH, mengungkapkan, dari hasil observasi, meski status gizi anak-anak sudah tergolong normal, konsumsi protein hewani selain telur masih sangat rendah. Sebanyak 63% siswa juga diketahui tidak terbiasa membawa bekal ke sekolah.

Dari tiga model yang diuji, model Swakelola mencatat tingkat konsumsi tertinggi dengan 84%, disusul model Ready to Cook (RTC) di angka 83%. Program ini juga berhasil menurunkan angka gizi buruk dan kurang sebesar 2,8%.

Baca Juga :  Mentan Amran Gembira, Produksi Bawang Merah Kini Makin Membaik

Direktur Eksekutif Indonesia Food Security Review (IFSR), I Dewa Made Agung, menambahkan bahwa keberhasilan program ini membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak, terutama dalam hal edukasi makanan bergizi dan pengelolaan sampah makanan.

Ia juga menekankan pentingnya memastikan bahan makanan yang digunakan aman dan berkualitas.

“Studi ini bisa jadi acuan untuk program makan bergizi di sekolah-sekolah. Penting juga memastikan kualitas bahan pangan seperti daging ayam yang diproses di rumah potong bersertifikat NKV,” katanya.

Rachmat Indrajaya berharap hasil studi ini bisa menjadi rekomendasi untuk pemerintah dan pihak terkait dalam penyediaan protein hewani bagi anak-anak Indonesia. “Kami siap berkolaborasi lebih lanjut demi meningkatkan gizi generasi muda Indonesia,” tutupnya.

Reporter : Dede

tidak boleh di copy ya

error

suka dengan artikel ini